Kamis, 15 Februari 2018

Teori Belajar dan Teori Pendidikan


BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
          Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik.
          Sekarang timbul pertanyaan apakah belajar itu sebenarnya? Samakah belajar dengan latihan, dengan menghafal, dengan pengumpulan fakta, dan studi? Tentu saja terhadap pertanyaan tersebut banyak pendapat yang mungkin satu sama lain berbeda.
          Misalnya ada yang berpendapat bahwa belajar merupakan suatu kegiatan menghafal sejumlah fakta-fakta. Sejalan dengan pendapat ini, maka seorang yang telah belajar akan ditandai dengan banyaknya fakta-fakta yang dapat dihafalkan. Guru yang berpendapat demikian akan merasa puas jika siswa-siswa telah sanggup menghafal sejumlah fakta diluar kepala, pendapat lain mengatakan bahwa belajar adalah sama saja dengan latihan, sehingga hasil-hasil belajar akan tampak dalam keterampilan-keterampilan tertentu sebagai hasil latihan. Untuk banyak memperoleh kemajuan, seseorang harus dilatih dalam berbagai aspek tingkah laku sehingga diperoleh suatu pola tingkah laku yang otomatis. Seperti misalnya agar seseorang siswa mahir dalam matematika, maka ia harus banyak dilatih mengerjakan soal-soal latihan.
          Pandangan seseorang tentang belajar akan mempengaruhi tindakan-tindakannya yang berhubungan dengan belajar, dan setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda tentang belajar. Misalnya seorang guru yang mengartikan belajar sebagai kegiatan menghafalkan fakta, akan lain cara mengajarnya dengan guru lain yang mengartikan bahwa belajar suatu proses penerapan prinsip.[1]
          Aktivitas kerja pendidikan hanya dapat dilakukan oleh manusia, memiliki lapangan dan jangkauan yang sangat luasmencakup semua pengalaman dan pemikiran manusia tentang pendidikan.
          Dari interaksi manusia dalam karya pendidikan itu dapat kita amati dengan cermat seperti juga dengan kegiatan manusia yang lainnya, seperti kegiatan dalam bidang ekonomi, politik, hukum, agama dan lain sebagainya. Sejalan dengan itu kita juga dapat mempelajari pendidikan secara akademik, baik secara empirik, yang bersumber dari pengalaman-pengalaman pendidikannya maupun dengan renungan-renungan, yang mencoba melihat makna penidikan dalam suatu konteks yang lebih lua. Yang pertama dapat kita sebut praktek pendidikan, sedangkan yang kedua kita sebut teori pendidikan.
          Teori pendidikan mutlak perlu dipelajari secara akademik, apalagi bagi mereka yang dipersiapkan untuk menjadi seorang pendidik. Walaupun tidak dipersiapkan untuk menjadi sesorang pendidik, minimal seseorang akan mendidik anak-anaknya sendiri. Bagi para mahasiswa yang dipersiapkan untuk menjadi tenaga kependidikan, suatu keharusan mempelajari teori pendidikan (misalnya, landasan pendidikan psikologi pendidikan, metodologi pengajaran, administrasi pendidikan, dan sebagainya) karena kalau tidak, mungkin ia akan terjerumus kepada apa yang dikemukakan oleh Gunning tadi, di mana perbuatan pendidik (guru) tersebut seperti perbuatan orang yang tidak waras, suatu perbuatan yang tidak berencana, tidak tentu arah tujuannya.
          Teori pendidikan perlu/harus kita pelajari, karena yang akan dihadapi adalah manusia, menyangkut harkat martabat manusia, serta hak asasinya. Perbuata mendidik bukan perbuatan yang sembrono, melainkan suatu perbuatan yang harus betul-betul disadarinya, dalam rangka membimbing anak kepada suatu tujuan yang akan dicapai.
          Kita pelu memahami teori pendidikan, karena dengan teori tersebut akan memberikan manfaat dalam hal:
1.      Memberi arah serta tujuan mana yang akan dicapai.
2.      Untuk memperkecil masalah dalam praktek, atas dasar teori pendidikan, diketahui mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan.
3.      Berfungsi sebagai tolak ukur, sejauh mana kita telah berhasil melaksanakan tugas dalam pendidikan itu.[2]

1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian belajar dan pendidikan?
2.      Bagaimana teori belajar?
3.      Bagaimana teori pendidikan?

1.3 Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui pengertian belajar dan pendidikan.
2.      Untuk mengetahui teori belajar.
3.      Untuk mengetahui teori pendidikan.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Belajar dan Pendidikan
2.1.1 Pengertian Belajar
             Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai suatu hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.[3]

2.1.2 Pengertian Pendidikan
             Pengertian pendidikan dalam arti luas yaitu, pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu.
             Pengertian pendidikan dalam arti sempit, yaitu pendidikan adalah sekolah. Pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Pendidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan–hubungan dan tugas-tugas sosial mereka.[4]


2.2 Teori Belajar
2.2.1 Teori Gestalt
       Teori ini dikemukakan oleh Koffka dan Kohler dari Jerma, yang sekarang menjadi tenar di seluruh dunia. Hukum yang berlaku pada pengamatan adalah sama dengan hukum dalam belajar yaitu:
a)      Gestalt mempunyai sesuatu yang melebihi jumlah unsur-unsurnya
b)      Gestalt timbul lebih dahulu daripada bagian-bagiannya.
Jadi dalam belajar yang penting adalah adanya penyesuaian pertama yaitu memperoleh response yang tepat untuk memecahkan problem yang dihadapi. Belajar yang penting bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh insight. Sifat-sifat belajar denga insight ialah:
a)      Insight tergantung dari kemampuan dasar
b)      Insight tergantung dari pengalaman masa lampau yang relevan
c)      Insight hanya timbul apabila situasi belajar diatur sedemikian rupa, sehingga segala aspek yang perlu dapat diamati
d)     Insight adalah hal yag harus dicari, tidak dapat jatuh dari langit
e)      Belajar dengan insight dapat diulangi
f)       Insight sekali didapat dapat digunakan untuk menghadapi situasi-situasi yang baru.
Prinsip belajar menurut teori Gestalt.
a)      Belajar berdasarkan keseluruhan
Orang berusaha menghubungkan suatu pelajaran dengan pelajaran yang lain sebanyak mungkin. Mata pelajaran yang bulat lebih mudah dimengerti daripada bagian-bagiannya.
b)      Belajar adalah suatu proses perkembangan
Anak-anak baru dapat mempelajari dan merencanakan bila ia telah matang untung menerima bahan pelajaran itu.
c)      Siswa sebagai organisasi keseluruhan
Siswa belajar tidak hanya inteleknya saja, tetapi juga emosional dan jasmaniahnya.
d)     Teori transfer
Belajar pada pokoknya yang terpenting pada penyesuaian pertama ialah memperoleh response yang tepat.
e)      Belajar adalah reorganisasi pengalaman
Pengalaman adalah suatu interaksi antara seseorang dengan lingkungannya.
f)       Belajar harus dengan insight
Insight adalah suatu saat dalam proses belajar dimana seseorang melihat pengertin tentang sangkut-paut dan hubungan-hubungan tertentu dalam unsur yang mengandung suatu problem.
g)      Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan dan tujuan siswa
Hal itu terjadi apabila banyak berhubungan dengan apa yang diperlukan siswa dalam kehidupan sehari-hari.
h)      Belajar berlangsung terus-menerus
Siswa memperoleh pengetahuan tidak hanya di sekolah tetapi juga di luar sekola, dalam pergaulan; memperoleh pengalaman sendiri-sendiri, karena itu sekolah harus bekerja sama dengan orang tua dirumah dan masyarakat, agar semua turut membantu perkemkembangan siswa secara harmonis.

2.2.2 Teori Belajar Menurut J. Brunner
      Menurut Brunner belajar tidak untuk mengubah tingkah laku seseorang tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih banyak dan mudah.
      Sebab itu Brunner mepunyai pendapat, alangkah baiknya bila sekolah dapat menyediakan kesempatan bagi siswa untuk maju dengan cepat sesuai dengan kemampuan siswa dalam mata pelajaran tertentu. Di dalam proses belajar Bunner mementingkan partisipasi aktif dari siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk meningkatkan proses belajar perlu lingkungan yang dinamakan “discovery learning environment”, ialah lingkungan di mana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Dalam tiap lingkungan selalu ada bermacam-macam masalah, hubungan-hubungan dan hambatan yang dihayati oleh siswa secara berbeda-beda pada usia yang berbeda pula. Dalam lingkungan yang banyak hal yang dapat dipelajari siswa, hal mana dapat digolongkan menjadi:
a)      Enactive   = seperti belajar naik sepeda, yang harus didahului dengan
                   bermacam-macam keterampilan motorik,
b)      Iconic      = seperti mengenal jalan yang menuju kepasar, mengingat di
                   mana bukunya yang penting diletakkan,
c)      Symbolic = seperti menggunakan kata-kata, menggunakan formula.
Dalam belajar guru perlu memperhatikan 4 hal berikut ini.
1)      Mengusahakan agar setiap siswa berpartisipasi aktif;
2)      Mengsnslisis struktur materi yang akan diajarkan;
3)      Menganalis sequence. Guru mengajar, berarti membimbing siswa melalui urutan pernyataan-pernyataan dari suatu masalah, sehingga siswa memperoleh pengertian dan dapat men-transfer apa yang sedang dipelajari;
4)      Memberi reinforcement dan umpan balik (feed-back).

2.2.3 Teori Belajar dari Piaget
      Pendapat Piaget mengenai perkembangan proses belajar pada anak-anak adalah sebagai berikut:
1)      Anak mempunyai struktur mental yang berbeda dengan orang dewasa.
2)      Perkembangan mental pada anak melalui tahap-tahap tertentu, menurut suatu urutan yang sama bagi semua anak.
3)      Walaupun berlangsungnya tahap-tahap perkembangan itu melalui suatu urutan tertentu, tetapi jangka waktu untuk berlatih dari satu tahap yang lain tidaklah selalu sama pada setiap anak.
4)      Perkembangan mental anak dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu:
a)      Kemasakan
b)      Pengalaman
c)      Interaksi sosial
d)     Equilibration (proses dari ketiga faktor di atas bersama-sama untuk membangun dan memperbaiki struktur mental).
5)      Ada 3 tahap perkembangan, yaitu:
a.       Berpikir secara intuitif 4 tahun
b.      Beroperasi secara konkret 7 tahun
c.       Beroperasi secara formal 11 tahun

2.2.4 Teori dari R. Gagne
         Terhadap masalah belajar, Gagne memberikan dua definisi, yaitu:
1)   Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku;
2)   Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.
     Mulai masa bayi manusia mengadakan interaksi dengan lingkungannya, tetapi baru dalam bentuk “sensori-motor coordination”. Kemudia ia mulai belajar berbicara dan menggunakan bahasa. Kesanggupan untuk menggunakan bahasa ini penting artinya untuk belajar.
     Tugas pertama yang dilakukan anak ialah meneruskan “sosialisasi” dengan anak lain, atau orang dewasa, tanpa pertentangan bahkan untuk membantu kebutuhan-kebutuhan keramahan dan konsiderasi pada anak itu. Tugas kedua ialah belajar menggunakan simbol-simbol yang menyatakan keadaan sekelilingnya, seperti: gambar,huruf, angka, diagram dan sebagainya. Ini adalah tugas intelektual (membaca, menulis, berhitung, dan sebagainya).  Gegne mengatakan pula bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi 5 kategori, yang disebut “The domains of learning” yaitu:
1)   Keterampilan motoris (motor skill)
     Dalam hal ini perlu koordinasi dari berbagai gerakan badan, misalnya melempar bola, main tenis, mengemudi mobil.
2)   Informasi verbal
    Orang dapat menjelaskan sesuatu dengan berbicara, menulis, menggambar.
3)   Kemampuan intelektual
    Manusia mengadakan interaksi dengan dunia luar dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya membedakan huruf m dan n dan menyebut tanama yang sejenis.
4)   Strategi kognitif
     Ini merupakan organisasi keterampilan yang internal yang perlu untuk belajar mengingat dan berpikir.
5)   Sikap
     Kemampuan ini tak dapat dipelajari dengan ulang-ulangan, tidak tergantung atau dipengaruhi oleh hubungan verbal seperti halnya domain yang lain.

2.2.5 Purposeful Learning
      Puposeful learning adalah belajar yang dilakukan dengan sadar untuk mencapai tujuan dan yang:
a)      Dilakukan siswa sendiri tanpa perintah atau bimbingan orang lain;
b)      Dilakukan siswa dengan bimbingan orang lain di dalam situasi belajar-mengajar di sekolah.

2.2.5.1 Purposeful Learning Oleh Siswa Sendiri
      Urutan purposeful learning tanpa bimbingan:
(1)   Memperhatikan situasi belajar.
(2)   Menetapkan tujuan, mengarahkan perhatian dan kegiatan kepada pencapaian tujuan.
(3)   Mengadakan usaha-usaha pendahuluan yang mencakup berpikir produktif dalam hubungan dengan tugas-tugas di dalam bidang:
-          Kognitif,
-          Psikomotor, dan
-          Afektif.
(4)   Latihan untuk memperoleh kecakapan dan untuk mencapai tujuan.
(5)   Mengevaluasi tingkah laku sendiri
(6)   Mencapai tujuan atau tidak mencapai tujuan

Penjelasan tiap langkah
(1)   Sesorang mengalami/menyadari kebutuhan, keinginan atau perasaan tertentu dan memperhatikan situasi tersebut.
Misalnya:   lapar
                   Objek-objek yang berwarna menyolok.
(2)   Sambil memperhatikan situasi tersebut dan mempertimbangkan motivasi, seseorang melihat/memikirkan bagaimana kebutuhannya dapat dipenuhi dan menetapkan tujuan.
(3)   Sambil memperhatikan situasi tersebut seseorang mengadakan eksplorasi, sebagai persiapan untuk menetapkan tujuan.
(4)   Percobaan pendahuluan tersebut dapat mengakibatkan perumusan kembali tujuan (mempertinggi atau memperendah tujuan)
(5)   Individu melalui kegiatannya.
Sebetulnya penilaian itu tidak dimulai di sini, melainkan sejak tahap permulaan.
(6)   Tujuan tercapai menimbulkan kepuasan.
Tujuan tak tercapai mengakibatkan mengubah tujuan.

2.2.5.2 Belajar Bertujuan di Dalam Situasi Sekolah
1)      Aktivitas Siswa
a)      Memperhatikan situasi belajar
b)      Menetapkan tujuan: mengarahkan perhatian dan kegiatan kepada tercapainya tujuan
c)      Mengadakan percobaan (usaha) dalam bidang:
-Kognitif
-Psikomotor
-Afektif
d)     Latihan /praktek untuk memperoleh kecapakan dan untuk mencapai tujuan.
e)      Menilai tingkah laku sendiri
f)       Mencapai tujuan
g)      Memperoleh kepuasan
2)      Aktivitas Guru
a)      Memanipulasi materi, kegiatan dan unsur-unsur, aspek-aspek yang lain dalam situasi untuk jaminan dan menguasai perhatian siswa.
b)      Membantu siswa dalam menetapkan tujuan dengan jalan mendiskusikan tujuan pengajaran, tugas-tugas yang harus dikerjakan.
c)      Menyediakan sunber-sumber pengajaran, misalnya: bahan-bahan dan perlengkapan dan memberikan bimbingan pada siswa untuk menggunakan sumber tersebut.
d)     Mengatur latihan, laboratorium dan kegiatan-kegiatan lain.
e)      Menilai kemajuan siswa, membetulkan kesalahan-kesalahan, memperkuat apa yang telah baik (reinforce) misalnya dengan memuji, memberikan persetujuan.
f)       Mengadakan evaluasi sumatif untuk memproleh pengetahuan tentang seberapa jauh tujuan telah tercapai.
g)      Menciptakan kondisi yang memungkinkan penggunaan pengetahuan. Keterampilan dan kecakapan sekarang dalam belajar lebih lanjut dalam kegiatan-kegiatan lain, dan dalam situasi di luar sekolah.

Penjelasan tiap langkah:
(1)   Memperhatikan tugas yang akan dipelajari adalah penting dalam memulai tahap (urutan) kegiatan belajar. Pada waktu mengintroduksi pelajaran (atau unit), guru menarik perhatian siswa. Guru menuntut siswa menggunakan lebih dari satu indera, misalnya pendengaran dan penglihatan.
(2)   Penetapan tujuan itu penting untuk memulai dan mengarahkan kegiatan. Siswa memerlukan kesempatan dan bantuan dan memutuskan (menetapkan) apa yang mereka pelajari, bagaimana mereka akan dapat belajar dengan baik, kapan bahan tersebut akan dipelajari.
(3)   a. Berusaha mencapai tujuan mencakup interaksi dengan orang
    orang dan materi yang cocok untuk mencapai tujuan tersebut
    dan cocok dengan sifat-sifat siswa.
b. Mengenal dan mengorganisasi kompnen secara berurutan
    adalah penting untuk mencapai tujuan.
(4)   a. Latihan (praktek) yang dilakukan dalam kondisi-kondisi
    tertentu (yang baik) adalah penting untuk mencapai tujuan
    dan untuk meningkatkan pekerjaan (performance) dalam
    kebanyakan bidang studi.
b. belajar yang sesuai dengan kecakapan sendiri, cara sendiri,
   dan sifat-sifat sendiri yang lain bermanfaat untuk pencapaian
   tujuan belajar/untuk belajar yang lain pada umumnya.
Ada 2 cara untuk membantu siswa agar belajar sesuai dengan keadaan individual tiap siswa.
a.       Siswa dikelompokkan sesuai dengan tujuan yang mau dicapai dan berdasar sifat-sifat siswa tersebut.
b.      Materi, perlengkapan, ruang diatur secara fleksibel untuk memungkinkan belajar secara independen agar siswa dapat belajar sesuai dengan tempo dan caranya sendiri.
(5)   Menilai pekerjaan (performance) sendiri adalah penting dalam mengembangkan keberdirisendirian dalam belajar dan dalam mencapai tujuan.
(6)   Pengembangan kecakapan yang mantap dan pengetahuan yang komprehensif menuntut pengalaman belajar yang produktif delama waktu yang cukup lama.
(7)   Penerapan pada situasi-situasi baru konsep-konsep, prinsip-prinsip, keterampilan-keterampilan, dan hasil-hasil belajar lain yang baru diperoleh akan meningkatkan kemmantapan (permanence) penguasaannya.

2.2.6 Belajar dengan Jalan Mengamati dan Meniru (Observatonal Learning and Imitation)
      Menurut Bandura dan Walters, tingkah laku baru dikuasai atau dipelajari mula-mula dengan mengamati dan meniru suatu model/contoh/teladan.
2.2.6.1 Model yang Ditiru
      model yang diamati dan ditiru siswa dapat digolongkan menjadi:
a.       Kehidupan yang nyata.
Misalnya: oran tua di rumah, guru di sekolah.
b.      Sombolik.
Termasuk dalam golongan ini adalah model yang dipresentasikan dengan menggunakan alat-alat audiovisual, terutama televisi dan video.

1)      Pengaruh Meniru
      Menurut Bandura dan Walters, penguasaan tingkah laku atau response baru, pertama-tama adalah hasil dari peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam waktu yang bersamaan (kontiguitas) yang diamati. Kuat lemahnya response itu bergantung pada penguatan (reinforcement). Menurut teori ini, yang penting adalah bagaimana response itu mula-mula dipelajari.
a.      Modeling effect
Dengan jalan mengamati dan meniru, siswa menghubungkan tingkah laku dari model dengan response yang baru bagi diriny, response yang pertama kali dilakukannya.
b.      Disinhibitory effect
Dengan mengamati dan meniru suatu model, seorang siswa dapat memperlemah atau memperkuat response-response terlarang yang telah dimiliki.
c.       Eliciting effect
Dengan mengamati dan meniru suatu model, siswa menghubungkan tingkah laku dari model dengan response-response yang telah dimilikinya.

2)      Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Peniruan
a.       Konsekuensi dari response yang dilakukan (hadiah dan hukuman, pengaruh hukuman tidak mudah diramalkan seperti pengaruh hadiah).
b.      Sifat-sifat siswa
Siswa yang suka meniru biasanya dalah yang:
-          Mempunyai rasa kurang harga diri,
-          Kurang kemampuannya,
-          Mereka mempunyai sifat-sifat yang sama seperti dalam model,
-          Berada dalam suasana tertentu karena tekanan dari luar atau karena obat (drugs).

3)      Melupakan Response yang Ditiru
      Bandura dan Walters lebih tertarik perhatiannya pada peniadaan (extinction) tingkah laku yang tak baik daripada memperlemah tingkah laku yang baik. Beberpa cara untuk meniadakan response itu adalah:
(1)   Tidak memberi hadiah atas suatu response,
(2)   Menghilangkan penguat yang positip,
(3)   Menggunakan perangsang yang tak menyenangkan, misalnya hukuman,
(4)   Belajar berkondisi (counterconditioning).

4)      Penerapannya di Sekolah
(1)   Tingkah laku sosial dapat dipelajari dengan jalan mengamati dan meniru.
(2)   Tingkah laku psikomotor dapat juga dipelajari dengan jalan mengamati dan meniru, misalnya menulis, melempar bola.
(3)   Perkembangan keterampilan vokal, misalnya berbicara, menyanyi, dapat dibantu oleh adanya model.

2.2.7 Belajar yang Bermakna (Meaningful learning)
1)            Tipe-tipe Belajar
          Ada 2 dimensi dalam tipe-tipe belajar, yaitu:
a.             Dimensi menerima (reception learning) dan menemukan (discovery learning).
b.             Dimensi menghafal (rote learning) dan belajar bermakna (meaningful learning).
Kalau dua dimensi itu digabung, akan kita peroleh empat macam
balajar (Ausubel dan Robinson) yaitu;
(1)          Meaningful reception
(2)          Rote reception
(3)          Meaningful discovery
(4)          Rote discovery
               Di dalam reception learning semua bahan yang harus dipelajari
      diberikan dalam bentuknya yang final (bentuk yang sudah jadi)
      dalam bahan yang disajikan (expository material).
               Di dalam discovery learning, tidak semua yang harus dipelajari
      dipresentasikan dalam bentuk yang final, beberapa bagian harus
      dicari, diidentifikasikan oleh pelajar sendiri.
               Menerima dan menemukan (reception dan discovery), adalah
      langkah pertama dalam belajar. Langkah kedua adalah usaha
      mengingat atau menguasai apa yang dipelajari itu agar kemudian
      dapat dipergunakan.




2)   Strukur dan Proses Internal
      Menurut Ausebel dan Robinson, struktur kognitif itu bersifat piramidal. Bagian puncaknya yang sempit berisi konsep-konsep atau teori-teori yang paling umum, bagian tengah yang agak luas berisi sub-subkonsep yang kurang umum, dan bagian dasar yang paling luas berisi informasi-informasi khusus (konkret).
      Proses mengintegrasikan informasi atau ide baru ke dalam struktur kognitif yang telah ada disebut subsumsi.
Ada dua macam subsumsi yaitu:
(1)   Subsumsi derivatif
Bila informasi tau ide baru adalah kasus khusus yang membantu taua menerangkan ide yang telah dipunyai, maka membantu atau menerangkan ide yang telah dipunyai, maka proses menghubungkan keduanya sehingga terjadi belajar, disebut subsumsi derivatif.
(2)   Subsumsi korelatif
Bila ide (informasi, konsep,dan sebagainya) yang baru mengubah ide (informasi, konsep dan sebagainya) yang telah dipunyai, maka proses menghubungkan keduanya disebut subsumsi korelatif.

3)      Variabel-variabel di Dalam Belajar Bermakna
Macam-macam variabel struktur kognitif adalah:
(1)   Pengetahuan yang telah dimiliki
Bagaimana bahan baru dapat dipelajari dengan baik, bergantung pada apa yang telah diketahui (advanceorganizers).
(2)   Diskriminabilitas
Konsep-konsep baru yang dapat dibedakan dengan jelas dengan apa yang telah dipelajari, mudah dipelajari dan dikuasai.
(3)   Kemantapan dan kejelasan
Konsep-konsep yang mantap dan jelas yang telah ada dalam struktur kognitif memudahkan belajar dan retensi.

4)      Motivasi dan Belajar Bermakna
Motif keberhasilan (achievement motivation) terdiri dari 3 komponen:
(1)   Dorongan kognitif
Termasuk dalam dorongan kognitif adalah kebutuhan untuk mengetahui, untuk menegrti, dan untuk memecahkan masalah.
(2)   Harga diri
Ada siswa tertentu yang tekun belajar melaksanakan tugas-tugas bukan untuk memperoleh pengetahuan atau kecakapan, melainkan untuk memperoleh status dan harga diri.
(3)   Kebutuhan berafiliasi
Kebutuhan bereafiasi sukar dipisahkan dari harga diri.

5)      Penerapannya di Sekolah
      Teori Ausubel terutama berlaku pada siswa yang sudah dapat membaca dengan baik dan yang sudah mempunyai konsep-konsep dasar di dalam bidang-bidang pelajaran tertentu. Hal ini disebabkan oleh teori itu pertama-tama menekankan penguasan belajar mula, retensi, trasfer, dan variabel-variabel yang berhubungan dengan belajar semacam itu.
      Seorang guru diharapkan dapat menciptakan kondisi-kondisi dimana memungkinkan siswa dapat belajar dengan efektif, dan dapat mengembangkan daya eksplorasinya. Sistem intruksional dewasa ini banyak dipengaruhi oleh teori bejar Brunner, Piaget, Gagne, Bandura dan Ausubel, sehingga guru diharapkan dapat mengembngkan kemampuannya dalam melaksanakan komponen-komponen dari sitem intruksional itu.[5]





2.3 Teori Pendidikan
2.3.1 Sosok Teori Pendidikan
a.      Bentuk
               Sebuah teori pendidikan adalah sebuah sistem konsep-konsep yang terpadu, menerangkan, dan prediktif tentang peristiwa-peristiwa pendidikan.

b.      Isi
               Sebuah teori pendidikan adalah sebuah sistem konsep-konsep tentang peristiwa-peristiwa pendidikan.

c.       Asumsi Pokok
1.      Pendidikan adalah aktual, artinya pendidikan bermula dari kondisi-kondisi aktual dari individu yang belajar dan lingkungan belajarnya.
2.      Pendidikan adalah normatif, artinya pendidikan tertuju pada mencapai hal-hal yang baik atau norma-norma yang baik.
3.      Pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya pendidikan berupa serangkaian kegiatan yang bermula dari kondisi-kondisi aktual dari individu yang belajar, tertuju pada pencapaian individu yang diharapkan.

d. Deskripsi Konsep-konsep Penjabaran Asumsi Pokok: Pendidikan Adalah Aktual:
1.      Entering Behavidor
a.       Kesiapan belajar adalah kematangan individu, jasmani, dan mental untuk mengalami perkembangan, untuk menerima perlakuan-perlakuan yang dapat menyebabkan terjadinya perkembangan atau perubahan tingkah laku.
b.      Kemampuan-kemampuan belajar adalah kondisi kemampuan bawaan dan hasil belajar yang dapat dipergunakan untuk belajar. Kemampuan bawaan adalah bakat yang diperoleh oleh proses genetik, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh melalui pengaruh-pengaruh lingkungan. Bakat terdiri atas bakat umum atau intelegensi atau bakat khusus. Intelegensi adalah kemampuan yang dimiliki setiap individu yang terdiri atas: (1) intelegensi kognitif, dan (2) intelegensi emosional.
            Kemampuan kognitif adalah kemampuan mengenal dunia sekelilingnya, yang mencakup kemampuan-kemampuan: mengenal kembali, memahami, mengaplikasi, menganalisis, memadukan, dan mengevaluasi.
             Kemampuan afektif adalah kemampuan mengalami dan menghayati nilai-nilai sesuatu hal, yang mencakup kemampuan kemampuan: memberikan perhatian, berpartisipasi, menghayati nilai-nilai, dan membangun gaya hidup berdasarkan karakterisasi nilai-nilai.
             Kemampuan psikomotor adalah kemampuan motorik yang menggiatkan dan mengkoordinasikan gerakan, yang mencakup kemampuan-kemampuan: mempersepsi keadaan untuk siap menggunakan alat-alat pendirian, siaga melakukan suatu jenis tindakan tertentu, melakukan tindakan yang terarah, melakukan tindakan-tindakan kinerja yang disertai kepercayaan diri dan terampil dan menyatakan kinerja yang canggih.
c. Gaya belajar adalah cara-cara yang bersifat pribadi dari seseorang dalam belajar.



2. Kondisi Aktual Lingkungan Belajar
          Lingkungan belajar adalah situasi yang turut serta mempengaruhi kegiatan belajar seseorang individu. Lingkungan belajar atas :
a.       Pendidik, sebagai salah satu unsur lingkungan belajar, adalah orang yang turut serta membantu terselenggaranya kegiatan belajar seseorang individu. Pola kepribadian dan kemampuan teknis/profesional kependidikan merupakan dua factor penting yang mempengaruhi efektivitas pekerjaan pendidik.
b.      Alat-alat bantu pendidikan yang tersedia secara tepat, baik dalam jumlah maupun dalam mutu, sangat membantu kelancaran dan keberhasilan proses pendidikan.
c.       Suasana sosio-budaya yang berlangsung dalam proses pendidikan membangun suasana emosi, motivasi, dan saling percaya mempercayai antara pendidik dengan si terdidik yang bersifat menghambat atau menunjang kelancaran dan keberhasilan proses pendidikan.

e. Deskripsi Konsep-konsep Penjabaran Asumsi Pokok: Pendidikan adalah Normatif
1.        Tujuan Umum Pendidikan
        Tujuan umum pendidikan berkenaan dengan keseluruhan peristiwa-peristiwa pendidikan dan cita-cita ideal tentang manusia atau masyarakat. Tujuan umum pendidikan merupakan tujuan dari keseluruhan jenis kegiatan dan waktu berlangsungnya peristiwa-peristiwa pendidikan.
        Ada tujuan umum pendidikan yang berorientasi pada pencapaian manusia ideal, dari menyatakan bahwa tujuan umum pendidikan adalah kedewasaan (Langeveld), manusia yang berkarakter dan bermoral sosial (Herbart), manusia seutuhnya (Indonesia), dan sebagainya. Di samping itu ada pula yang berorientasi pada pencapaian masyarakat ideal, dan antara lain menyatakanbahwa tujuan umum pendidikan adalah efiesiensi social (Dewey), warga negara yang baik dalam arti warga negara yang berkarakter (kerschenteiner), dan sebaginya.
2.      Tujuan Khusus Pendidikan
        Tujuan pendidikan bergerak dari tujuan pendidikan dari setiap peristiwa pendidikan (tujuan insidental pendidikan) sampai dengan tujuan keseluruhan peristiwa-peristiwa pendidikan (tujuan umum pendidikan). Di antara keduanya terdapat tujuan sementara pendidikan, tujuan tak lengkap pendidikan, tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan instruksional pendidikan.

f. Deskripsi Konsep-konsep Penjabaran Asumsi Pokok: Pendidikan Adalah Suatu Proses:
1.      Gaya Nomotetis
          Gaya ini adalah pandangan sosiologis yang menekankan pada pentingnya institusi, peranan-peranan sosial, dan harapan sosial dalam kehidupan manusia.
2.      Gaya Ideografis
          Gaya ini adalah pandangan psikologis pada pentingnnya kehidupan manusia individu dengan kepribadian dan kebutuhan-kebutuhan untuk mewujudkan potensi-potensi yang dimilikinya.
3.      Gaya Transaksional
          Gaya ini adalah pandangan interdispliner ilmu-ilmu tingkah laku yang menekankan pada pentingnya keserasian hubungan sosial atau interaksi sosial antar pribadi dalam kehidupan manusia.



2.3.2 Klasifikasi Teori Pendidikan
1.      Teori Umum Pendidikan
a.       Teori Umum Pendidikan Preskriptif
        Teori ini adalah seperangkat konsep-konsep tentang keseluruhan aspek-aspek pendidikan, yang penyajian konsep-konsepnya bertujuan menerangkan  bagaimana sebaiknya atau seharusnya peristiwa-peristiwa pendidikan diselenggarakan. Teori pendidikan yang termasuk dalam kelompok ini adalah filsafat pendidikan.
b.      Teori Umum Pendidikan Deskriptif
        Teori adalah seperangkat konsep-konsep tentang keseluruhan aspek-aspek pendidikan, yang penyajian konsep-konsepnya bertujuan menerangkan bagaimana peristiwa-peristiwa pendidikan telah dan sedang terjadi dalam masyarakat. Teori pendidikan yang termasuk dalam kelompok ini, yaitu:
1.      Pendidikan Luar Negeri atau Pendidikan Internasional,
2.      Pendidikan Perbandingan atau Pendidikan Komparatif,
3.      Pendidikan Historis atau Sejarah Pendidikan.
2.      Teori Khusus Pendidikan
a.       Teori Khusus Pendidikan Preskriptif
        Teori ini adalah seperangkat konsep-konsep tentang sesuatu aspek pendidikan, yang penyajian konsep-konsepnya bertujuan menjelaskan bagaimana seharusnya sesuatu kegiatan pendidikan dilakukan. Teori pendidikan yang termasuk dalam kelompok ini adalah Teknologi Pendidikan.
b.      Teori Khusus Pendidikan Deskriptif
        Teori ini adalah seperangkat konsep-konsep tentang sesuatu aspek pendidikan, yang penyajian konsep-konsepnya bertujuan menerangkan bagaimana peristiwa-peristiwa pendidikan telah, sedang, dan diperkirakan terjadi dalam masyarakat. Teori pendidikan yang termasuk dalam kelompok ini adalah ilmu-ilmu pendidikan.[6]


BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
                 Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian pendidikan dalam arti luas yaitu, pendidikan adalah hidup. Pengertian pendidikan dalam arti sempit, yaitu pendidikan adalah sekolah. Teori belajar terdiri dari, yaitu teori Gestalt, J.Brunner, Pieget, R.Gagne, purposeful learning, belajar dengan jalan mengamati dan meniru. Teori pendidikan terdiri dari, yaitu sosok teori umum pendidikan, dan klasifikasi pendidikan.

3.2 Saran
                 Mempelajari teori belajar dan teori pendidikan membuat kita lebih mengetahui cara yang diterapkan dalam belajar, dan pendidikan. Jadi, disarankan untuk mengetahui teori belajar dan teori pendidikan agar membuat kita lebih memahami.


DAFTAR PUSTAKA


Mudyahardjo, Redja. 2006. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Slameto.  1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Slam, Burhanuddin. 2011. Pengantar Pedagogik (Dasar-Dasar Ilmu Mendidik). Jakarta: PT. Rineka Cipta.




[1][1] Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Hlm 1-2
[2] Salam, Burhanuddin. Pengantar Pedagogik.
[3] Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Hlm. 2
[4] Mudyahardjo, Redja. Pengantar Pendidikan. Hlm 3-6.
[5] Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Hlm.8-27.
[6] Mudyahardjo, Redja. Pengantar Pendidikan. Hlm 91-102.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar