BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam
keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan
yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan
pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh
siswa sebagai anak didik.
Sekarang
timbul pertanyaan apakah belajar itu sebenarnya? Samakah belajar dengan
latihan, dengan menghafal, dengan pengumpulan fakta, dan studi? Tentu saja
terhadap pertanyaan tersebut banyak pendapat yang mungkin satu sama lain
berbeda.
Misalnya
ada yang berpendapat bahwa belajar merupakan suatu kegiatan menghafal sejumlah
fakta-fakta. Sejalan dengan pendapat ini, maka seorang yang telah belajar akan
ditandai dengan banyaknya fakta-fakta yang dapat dihafalkan. Guru yang
berpendapat demikian akan merasa puas jika siswa-siswa telah sanggup menghafal
sejumlah fakta diluar kepala, pendapat lain mengatakan bahwa belajar adalah
sama saja dengan latihan, sehingga hasil-hasil belajar akan tampak dalam keterampilan-keterampilan
tertentu sebagai hasil latihan. Untuk banyak memperoleh kemajuan, seseorang
harus dilatih dalam berbagai aspek tingkah laku sehingga diperoleh suatu pola
tingkah laku yang otomatis. Seperti misalnya agar seseorang siswa mahir dalam
matematika, maka ia harus banyak dilatih mengerjakan soal-soal latihan.
Pandangan
seseorang tentang belajar akan mempengaruhi tindakan-tindakannya yang
berhubungan dengan belajar, dan setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda
tentang belajar. Misalnya seorang guru yang mengartikan belajar sebagai
kegiatan menghafalkan fakta, akan lain cara mengajarnya dengan guru lain yang
mengartikan bahwa belajar suatu proses penerapan prinsip.[1]
Aktivitas
kerja pendidikan hanya dapat dilakukan oleh manusia, memiliki lapangan dan
jangkauan yang sangat luasmencakup semua pengalaman dan pemikiran manusia
tentang pendidikan.
Dari
interaksi manusia dalam karya pendidikan itu dapat kita amati dengan cermat
seperti juga dengan kegiatan manusia yang lainnya, seperti kegiatan dalam
bidang ekonomi, politik, hukum, agama dan lain sebagainya. Sejalan dengan itu
kita juga dapat mempelajari pendidikan secara akademik, baik secara empirik,
yang bersumber dari pengalaman-pengalaman pendidikannya maupun dengan renungan-renungan,
yang mencoba melihat makna penidikan dalam suatu konteks yang lebih lua. Yang
pertama dapat kita sebut praktek pendidikan, sedangkan yang kedua kita sebut
teori pendidikan.
Teori
pendidikan mutlak perlu dipelajari secara akademik, apalagi bagi mereka yang
dipersiapkan untuk menjadi seorang pendidik. Walaupun tidak dipersiapkan untuk
menjadi sesorang pendidik, minimal seseorang akan mendidik anak-anaknya
sendiri. Bagi para mahasiswa yang dipersiapkan untuk menjadi tenaga
kependidikan, suatu keharusan mempelajari teori pendidikan (misalnya, landasan
pendidikan psikologi pendidikan, metodologi pengajaran, administrasi
pendidikan, dan sebagainya) karena kalau tidak, mungkin ia akan terjerumus
kepada apa yang dikemukakan oleh Gunning tadi, di mana perbuatan pendidik
(guru) tersebut seperti perbuatan orang yang tidak waras, suatu perbuatan yang
tidak berencana, tidak tentu arah tujuannya.
Teori
pendidikan perlu/harus kita pelajari, karena yang akan dihadapi adalah manusia,
menyangkut harkat martabat manusia, serta hak asasinya. Perbuata mendidik bukan
perbuatan yang sembrono, melainkan suatu perbuatan yang harus betul-betul
disadarinya, dalam rangka membimbing anak kepada suatu tujuan yang akan
dicapai.
Kita
pelu memahami teori pendidikan, karena dengan teori tersebut akan memberikan
manfaat dalam hal:
1. Memberi
arah serta tujuan mana yang akan dicapai.
2. Untuk
memperkecil masalah dalam praktek, atas dasar teori pendidikan, diketahui mana
yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan.
3. Berfungsi
sebagai tolak ukur, sejauh mana kita telah berhasil melaksanakan tugas dalam
pendidikan itu.[2]
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian belajar dan pendidikan?
2. Bagaimana
teori belajar?
3. Bagaimana
teori pendidikan?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk
mengetahui pengertian belajar dan pendidikan.
2. Untuk
mengetahui teori belajar.
3. Untuk
mengetahui teori pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Belajar dan Pendidikan
2.1.1 Pengertian Belajar
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut
akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat
didefinisikan sebagai berikut “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai suatu hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”.[3]
2.1.2 Pengertian
Pendidikan
Pengertian pendidikan dalam arti luas yaitu, pendidikan adalah hidup.
Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala
lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang
mempengaruhi pertumbuhan individu.
Pengertian pendidikan dalam arti sempit, yaitu pendidikan adalah
sekolah. Pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai
lembaga pendidikan formal. Pendidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan
sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai
kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan–hubungan dan
tugas-tugas sosial mereka.[4]
2.2 Teori Belajar
2.2.1 Teori Gestalt
Teori ini dikemukakan oleh Koffka dan
Kohler dari Jerma, yang sekarang menjadi tenar di seluruh dunia. Hukum yang
berlaku pada pengamatan
adalah sama dengan hukum dalam belajar yaitu:
a) Gestalt
mempunyai sesuatu yang melebihi jumlah unsur-unsurnya
b) Gestalt
timbul lebih dahulu daripada bagian-bagiannya.
Jadi
dalam belajar yang penting adalah adanya penyesuaian pertama yaitu memperoleh
response yang tepat untuk memecahkan problem yang dihadapi. Belajar yang
penting bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau
memperoleh insight. Sifat-sifat
belajar denga insight ialah:
a) Insight
tergantung dari kemampuan dasar
b) Insight
tergantung dari pengalaman masa lampau yang relevan
c) Insight
hanya timbul apabila situasi belajar diatur sedemikian rupa, sehingga segala
aspek yang perlu dapat diamati
d) Insight
adalah hal yag harus dicari, tidak dapat jatuh dari langit
e) Belajar
dengan insight dapat diulangi
f) Insight
sekali didapat dapat digunakan untuk menghadapi situasi-situasi yang baru.
Prinsip belajar menurut teori
Gestalt.
a) Belajar
berdasarkan keseluruhan
Orang berusaha menghubungkan suatu
pelajaran dengan pelajaran yang lain sebanyak mungkin. Mata pelajaran yang
bulat lebih mudah dimengerti daripada bagian-bagiannya.
b) Belajar
adalah suatu proses perkembangan
Anak-anak baru dapat mempelajari
dan merencanakan bila ia telah matang untung menerima bahan pelajaran itu.
c) Siswa
sebagai organisasi keseluruhan
Siswa belajar tidak hanya
inteleknya saja, tetapi juga emosional dan jasmaniahnya.
d) Teori
transfer
Belajar pada pokoknya yang
terpenting pada penyesuaian pertama ialah memperoleh response yang tepat.
e) Belajar
adalah reorganisasi pengalaman
Pengalaman adalah suatu interaksi
antara seseorang dengan lingkungannya.
f) Belajar
harus dengan insight
Insight adalah suatu saat dalam
proses belajar dimana seseorang melihat pengertin tentang sangkut-paut dan
hubungan-hubungan tertentu dalam unsur yang mengandung suatu problem.
g) Belajar
lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan dan tujuan siswa
Hal itu terjadi apabila banyak
berhubungan dengan apa yang diperlukan siswa dalam kehidupan sehari-hari.
h) Belajar
berlangsung terus-menerus
Siswa memperoleh pengetahuan tidak
hanya di sekolah tetapi juga di luar sekola, dalam pergaulan; memperoleh
pengalaman sendiri-sendiri, karena itu sekolah harus bekerja sama dengan orang
tua dirumah dan masyarakat, agar semua turut membantu perkemkembangan siswa
secara harmonis.
2.2.2 Teori
Belajar Menurut J. Brunner
Menurut
Brunner
belajar tidak untuk mengubah tingkah laku seseorang tetapi untuk mengubah
kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih
banyak dan mudah.
Sebab itu Brunner mepunyai pendapat,
alangkah baiknya bila sekolah dapat menyediakan kesempatan bagi siswa untuk
maju dengan cepat sesuai dengan kemampuan siswa dalam mata pelajaran tertentu.
Di dalam proses belajar Bunner mementingkan partisipasi aktif dari siswa, dan
mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk meningkatkan proses
belajar perlu lingkungan yang dinamakan “discovery
learning environment”, ialah lingkungan di mana siswa dapat melakukan
eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang
mirip dengan yang sudah diketahui. Dalam tiap lingkungan selalu ada
bermacam-macam masalah, hubungan-hubungan dan hambatan yang dihayati oleh siswa
secara berbeda-beda pada usia yang berbeda pula. Dalam lingkungan yang banyak
hal yang dapat dipelajari siswa, hal mana dapat digolongkan menjadi:
a)
Enactive = seperti belajar naik sepeda, yang harus
didahului dengan
bermacam-macam
keterampilan motorik,
b)
Iconic =
seperti mengenal jalan yang menuju kepasar, mengingat di
mana
bukunya yang penting diletakkan,
c)
Symbolic
= seperti menggunakan kata-kata, menggunakan formula.
Dalam
belajar guru perlu memperhatikan 4 hal berikut ini.
1) Mengusahakan
agar setiap siswa berpartisipasi aktif;
2) Mengsnslisis
struktur materi yang akan diajarkan;
3) Menganalis
sequence. Guru mengajar, berarti
membimbing siswa melalui urutan pernyataan-pernyataan dari suatu masalah,
sehingga siswa memperoleh pengertian dan dapat men-transfer apa yang sedang dipelajari;
4)
Memberi reinforcement dan umpan balik (feed-back).
2.2.3 Teori
Belajar dari Piaget
Pendapat Piaget mengenai perkembangan
proses belajar pada anak-anak adalah sebagai berikut:
1) Anak
mempunyai struktur mental yang berbeda dengan orang dewasa.
2) Perkembangan
mental pada anak melalui tahap-tahap tertentu, menurut suatu urutan yang sama
bagi semua anak.
3) Walaupun
berlangsungnya tahap-tahap perkembangan itu melalui suatu urutan tertentu,
tetapi jangka waktu untuk berlatih dari satu tahap yang lain tidaklah selalu
sama pada setiap anak.
4) Perkembangan
mental anak dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu:
a) Kemasakan
b) Pengalaman
c) Interaksi
sosial
d) Equilibration
(proses dari ketiga faktor di atas bersama-sama untuk membangun dan memperbaiki
struktur mental).
5) Ada
3 tahap perkembangan, yaitu:
a. Berpikir
secara intuitif 4 tahun
b. Beroperasi
secara konkret 7 tahun
c. Beroperasi
secara formal 11 tahun
2.2.4 Teori
dari R. Gagne
Terhadap masalah
belajar, Gagne memberikan dua definisi, yaitu:
1) Belajar
ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan,
kebiasaan, dan tingkah laku;
2) Belajar
adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.
Mulai
masa bayi manusia mengadakan interaksi dengan lingkungannya, tetapi baru dalam
bentuk “sensori-motor coordination”.
Kemudia ia mulai belajar berbicara dan menggunakan bahasa. Kesanggupan untuk
menggunakan bahasa ini penting artinya untuk belajar.
Tugas
pertama yang dilakukan anak ialah meneruskan “sosialisasi” dengan anak lain,
atau orang dewasa, tanpa pertentangan bahkan untuk membantu kebutuhan-kebutuhan
keramahan dan konsiderasi pada anak itu.
Tugas
kedua ialah belajar menggunakan simbol-simbol yang menyatakan keadaan
sekelilingnya, seperti: gambar,huruf, angka, diagram dan sebagainya. Ini adalah
tugas intelektual (membaca, menulis, berhitung, dan sebagainya). Gegne mengatakan pula bahwa segala sesuatu yang
dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi 5 kategori, yang disebut “The domains of learning” yaitu:
1)
Keterampilan motoris (motor skill)
Dalam hal ini
perlu koordinasi dari berbagai gerakan badan, misalnya melempar bola, main
tenis, mengemudi mobil.
2) Informasi
verbal
Orang dapat menjelaskan
sesuatu dengan berbicara, menulis, menggambar.
3) Kemampuan
intelektual
Manusia mengadakan
interaksi dengan dunia luar dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya
membedakan huruf m dan n dan menyebut tanama yang sejenis.
4) Strategi
kognitif
Ini merupakan
organisasi keterampilan yang internal yang perlu untuk belajar mengingat dan
berpikir.
5) Sikap
Kemampuan ini
tak dapat dipelajari dengan ulang-ulangan, tidak tergantung atau dipengaruhi
oleh hubungan verbal seperti halnya domain
yang lain.
2.2.5 Purposeful
Learning
Puposeful
learning adalah belajar yang dilakukan dengan sadar untuk mencapai tujuan
dan yang:
a)
Dilakukan siswa sendiri
tanpa perintah atau bimbingan orang lain;
b)
Dilakukan siswa dengan
bimbingan orang lain di dalam situasi belajar-mengajar di sekolah.
2.2.5.1 Purposeful Learning
Oleh Siswa Sendiri
Urutan purposeful learning tanpa bimbingan:
(1)
Memperhatikan situasi
belajar.
(2)
Menetapkan tujuan,
mengarahkan perhatian dan kegiatan kepada pencapaian tujuan.
(3)
Mengadakan usaha-usaha
pendahuluan yang mencakup berpikir produktif dalam hubungan dengan tugas-tugas
di dalam bidang:
-
Kognitif,
-
Psikomotor, dan
-
Afektif.
(4)
Latihan untuk
memperoleh kecakapan dan untuk mencapai tujuan.
(5)
Mengevaluasi tingkah
laku sendiri
(6)
Mencapai tujuan atau
tidak mencapai tujuan
Penjelasan tiap langkah
(1)
Sesorang
mengalami/menyadari kebutuhan, keinginan atau perasaan tertentu dan
memperhatikan situasi tersebut.
Misalnya: lapar
Objek-objek yang berwarna
menyolok.
(2)
Sambil memperhatikan
situasi tersebut dan mempertimbangkan motivasi, seseorang melihat/memikirkan
bagaimana kebutuhannya dapat dipenuhi dan menetapkan tujuan.
(3)
Sambil memperhatikan
situasi tersebut seseorang mengadakan eksplorasi, sebagai persiapan untuk
menetapkan tujuan.
(4)
Percobaan pendahuluan
tersebut dapat mengakibatkan perumusan kembali tujuan (mempertinggi atau
memperendah tujuan)
(5)
Individu melalui
kegiatannya.
Sebetulnya penilaian
itu tidak dimulai di sini, melainkan sejak tahap permulaan.
(6)
Tujuan tercapai
menimbulkan kepuasan.
Tujuan tak tercapai
mengakibatkan mengubah tujuan.
2.2.5.2 Belajar Bertujuan
di Dalam
Situasi Sekolah
1) Aktivitas
Siswa
a)
Memperhatikan situasi
belajar
b)
Menetapkan tujuan:
mengarahkan perhatian dan kegiatan kepada tercapainya tujuan
c)
Mengadakan percobaan
(usaha) dalam bidang:
-Kognitif
-Psikomotor
-Afektif
d)
Latihan /praktek untuk
memperoleh kecapakan dan untuk mencapai tujuan.
e)
Menilai tingkah laku
sendiri
f)
Mencapai tujuan
g)
Memperoleh kepuasan
2) Aktivitas
Guru
a) Memanipulasi
materi, kegiatan dan unsur-unsur, aspek-aspek yang lain dalam situasi untuk
jaminan dan menguasai perhatian siswa.
b) Membantu
siswa dalam menetapkan tujuan dengan jalan mendiskusikan tujuan pengajaran,
tugas-tugas yang harus dikerjakan.
c) Menyediakan
sunber-sumber pengajaran, misalnya: bahan-bahan dan perlengkapan dan memberikan
bimbingan pada siswa untuk menggunakan sumber tersebut.
d) Mengatur
latihan, laboratorium dan kegiatan-kegiatan lain.
e) Menilai
kemajuan siswa, membetulkan kesalahan-kesalahan, memperkuat apa yang telah baik
(reinforce) misalnya dengan memuji,
memberikan persetujuan.
f) Mengadakan
evaluasi sumatif untuk memproleh pengetahuan tentang seberapa jauh tujuan telah
tercapai.
g) Menciptakan
kondisi yang memungkinkan penggunaan pengetahuan. Keterampilan dan kecakapan
sekarang dalam belajar lebih lanjut dalam kegiatan-kegiatan lain, dan dalam
situasi di luar sekolah.
Penjelasan tiap
langkah:
(1)
Memperhatikan tugas
yang akan dipelajari adalah penting dalam memulai tahap (urutan) kegiatan
belajar. Pada waktu mengintroduksi pelajaran (atau unit), guru menarik perhatian
siswa. Guru menuntut siswa menggunakan lebih dari satu indera, misalnya
pendengaran dan penglihatan.
(2)
Penetapan tujuan itu
penting untuk memulai dan mengarahkan kegiatan. Siswa memerlukan kesempatan dan
bantuan dan memutuskan (menetapkan) apa yang mereka pelajari, bagaimana mereka
akan dapat belajar dengan baik, kapan bahan tersebut akan dipelajari.
(3)
a. Berusaha mencapai
tujuan mencakup interaksi dengan orang
orang dan materi yang cocok untuk mencapai
tujuan tersebut
dan cocok dengan sifat-sifat siswa.
b. Mengenal dan
mengorganisasi kompnen secara berurutan
adalah penting untuk mencapai tujuan.
(4)
a. Latihan (praktek)
yang dilakukan dalam kondisi-kondisi
tertentu (yang baik) adalah penting untuk
mencapai tujuan
dan untuk meningkatkan pekerjaan (performance) dalam
kebanyakan bidang studi.
b. belajar yang sesuai
dengan kecakapan sendiri, cara sendiri,
dan sifat-sifat sendiri yang lain bermanfaat
untuk pencapaian
tujuan belajar/untuk belajar yang lain pada
umumnya.
Ada 2 cara untuk
membantu siswa agar belajar sesuai dengan keadaan individual tiap siswa.
a. Siswa
dikelompokkan sesuai dengan tujuan yang mau dicapai dan berdasar sifat-sifat
siswa tersebut.
b. Materi,
perlengkapan, ruang diatur secara fleksibel untuk memungkinkan belajar secara
independen agar siswa dapat belajar sesuai dengan tempo dan caranya sendiri.
(5)
Menilai pekerjaan (performance) sendiri adalah penting
dalam mengembangkan keberdirisendirian dalam belajar dan dalam mencapai tujuan.
(6)
Pengembangan kecakapan
yang mantap dan pengetahuan yang komprehensif menuntut pengalaman belajar yang
produktif delama waktu yang cukup lama.
(7)
Penerapan pada
situasi-situasi baru konsep-konsep, prinsip-prinsip, keterampilan-keterampilan,
dan hasil-hasil belajar lain yang baru diperoleh akan meningkatkan kemmantapan (permanence) penguasaannya.
2.2.6 Belajar
dengan Jalan Mengamati dan Meniru (Observatonal
Learning and Imitation)
Menurut Bandura dan Walters, tingkah laku
baru dikuasai atau dipelajari mula-mula dengan mengamati dan meniru suatu
model/contoh/teladan.
2.2.6.1 Model yang Ditiru
model
yang diamati dan ditiru siswa dapat digolongkan menjadi:
a. Kehidupan
yang nyata.
Misalnya: oran tua di rumah, guru
di sekolah.
b. Sombolik.
Termasuk dalam golongan ini adalah
model yang dipresentasikan dengan menggunakan alat-alat audiovisual, terutama
televisi dan video.
1)
Pengaruh
Meniru
Menurut Bandura dan Walters, penguasaan
tingkah laku atau response baru, pertama-tama adalah hasil dari
peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam waktu yang bersamaan (kontiguitas) yang
diamati. Kuat lemahnya response itu bergantung pada penguatan (reinforcement). Menurut teori ini, yang
penting adalah bagaimana response itu mula-mula dipelajari.
a.
Modeling
effect
Dengan jalan mengamati dan meniru,
siswa menghubungkan tingkah laku dari model dengan response yang baru bagi diriny, response yang pertama kali
dilakukannya.
b.
Disinhibitory
effect
Dengan mengamati dan meniru suatu
model, seorang siswa dapat memperlemah atau memperkuat response-response
terlarang yang telah dimiliki.
c.
Eliciting
effect
Dengan mengamati dan meniru suatu
model, siswa menghubungkan tingkah laku dari model dengan response-response
yang telah dimilikinya.
2)
Beberapa
Faktor yang Mempengaruhi Peniruan
a. Konsekuensi
dari response yang dilakukan (hadiah dan hukuman, pengaruh hukuman tidak mudah
diramalkan seperti pengaruh hadiah).
b. Sifat-sifat
siswa
Siswa yang suka meniru biasanya
dalah yang:
-
Mempunyai rasa kurang
harga diri,
-
Kurang kemampuannya,
-
Mereka mempunyai
sifat-sifat yang sama seperti dalam model,
-
Berada dalam suasana
tertentu karena tekanan dari luar atau karena obat (drugs).
3)
Melupakan
Response yang Ditiru
Bandura dan Walters lebih tertarik
perhatiannya pada peniadaan (extinction) tingkah laku yang tak baik daripada
memperlemah tingkah laku yang baik. Beberpa cara untuk meniadakan response itu
adalah:
(1)
Tidak memberi hadiah
atas suatu response,
(2)
Menghilangkan penguat
yang positip,
(3)
Menggunakan perangsang
yang tak menyenangkan, misalnya hukuman,
(4)
Belajar berkondisi (counterconditioning).
4)
Penerapannya
di Sekolah
(1) Tingkah
laku sosial dapat dipelajari dengan jalan mengamati dan meniru.
(2) Tingkah
laku psikomotor dapat juga dipelajari dengan jalan mengamati dan meniru,
misalnya menulis, melempar bola.
(3) Perkembangan
keterampilan vokal, misalnya berbicara, menyanyi, dapat dibantu oleh adanya
model.
2.2.7 Belajar
yang Bermakna (Meaningful learning)
1)
Tipe-tipe
Belajar
Ada
2 dimensi dalam tipe-tipe belajar, yaitu:
a.
Dimensi menerima (reception learning) dan menemukan (discovery learning).
b.
Dimensi menghafal (rote learning) dan belajar bermakna (meaningful learning).
Kalau dua dimensi itu digabung, akan kita peroleh
empat macam
balajar (Ausubel dan Robinson) yaitu;
(1)
Meaningful
reception
(2)
Rote
reception
(3)
Meaningful
discovery
(4)
Rote
discovery
Di dalam reception learning semua bahan yang
harus dipelajari
diberikan
dalam bentuknya yang final (bentuk yang sudah jadi)
dalam
bahan yang disajikan (expository
material).
Di
dalam discovery learning, tidak semua
yang harus dipelajari
dipresentasikan
dalam bentuk yang final, beberapa bagian harus
dicari,
diidentifikasikan oleh pelajar sendiri.
Menerima dan
menemukan (reception dan discovery),
adalah
langkah
pertama dalam belajar. Langkah kedua adalah usaha
mengingat
atau menguasai apa yang dipelajari itu agar kemudian
dapat
dipergunakan.
2)
Strukur
dan Proses Internal
Menurut Ausebel dan Robinson, struktur
kognitif itu bersifat piramidal. Bagian puncaknya yang sempit berisi
konsep-konsep atau teori-teori yang paling umum, bagian tengah yang agak luas
berisi sub-subkonsep yang kurang umum, dan bagian dasar yang paling luas berisi
informasi-informasi khusus (konkret).
Proses mengintegrasikan informasi atau
ide baru ke dalam struktur kognitif yang telah ada disebut subsumsi.
Ada dua macam subsumsi yaitu:
(1) Subsumsi
derivatif
Bila informasi tau ide baru adalah
kasus khusus yang membantu taua menerangkan ide yang telah dipunyai, maka
membantu atau menerangkan ide yang telah dipunyai, maka proses menghubungkan
keduanya sehingga terjadi belajar, disebut subsumsi derivatif.
(2) Subsumsi
korelatif
Bila ide (informasi, konsep,dan
sebagainya) yang baru mengubah ide (informasi, konsep dan sebagainya) yang
telah dipunyai, maka proses menghubungkan keduanya disebut subsumsi korelatif.
3)
Variabel-variabel
di Dalam Belajar Bermakna
Macam-macam variabel struktur
kognitif adalah:
(1) Pengetahuan
yang telah dimiliki
Bagaimana bahan baru dapat
dipelajari dengan baik, bergantung pada apa yang telah diketahui (advanceorganizers).
(2) Diskriminabilitas
Konsep-konsep baru yang dapat
dibedakan dengan jelas dengan apa yang telah dipelajari, mudah dipelajari dan
dikuasai.
(3) Kemantapan
dan kejelasan
Konsep-konsep yang mantap dan jelas
yang telah ada dalam struktur kognitif memudahkan belajar dan retensi.
4)
Motivasi
dan Belajar Bermakna
Motif keberhasilan (achievement
motivation) terdiri dari 3 komponen:
(1) Dorongan
kognitif
Termasuk dalam dorongan kognitif
adalah kebutuhan untuk mengetahui, untuk menegrti, dan untuk memecahkan
masalah.
(2) Harga
diri
Ada siswa tertentu yang tekun
belajar melaksanakan tugas-tugas bukan untuk memperoleh pengetahuan atau
kecakapan, melainkan untuk memperoleh status dan harga diri.
(3) Kebutuhan
berafiliasi
Kebutuhan bereafiasi sukar
dipisahkan dari harga diri.
5)
Penerapannya
di Sekolah
Teori Ausubel terutama berlaku pada siswa
yang sudah dapat membaca dengan baik dan yang sudah mempunyai konsep-konsep
dasar di dalam bidang-bidang pelajaran tertentu. Hal ini disebabkan oleh teori
itu pertama-tama menekankan penguasan belajar mula, retensi, trasfer, dan
variabel-variabel yang berhubungan dengan belajar semacam itu.
Seorang guru diharapkan dapat menciptakan kondisi-kondisi dimana
memungkinkan siswa dapat belajar dengan efektif, dan dapat mengembangkan daya
eksplorasinya. Sistem intruksional dewasa ini banyak dipengaruhi oleh teori
bejar Brunner, Piaget, Gagne, Bandura dan Ausubel, sehingga guru diharapkan
dapat mengembngkan kemampuannya dalam melaksanakan komponen-komponen dari sitem
intruksional itu.[5]
2.3
Teori Pendidikan
2.3.1 Sosok Teori Pendidikan
a.
Bentuk
Sebuah teori pendidikan adalah
sebuah sistem konsep-konsep yang terpadu, menerangkan, dan prediktif tentang
peristiwa-peristiwa pendidikan.
b.
Isi
Sebuah teori pendidikan adalah
sebuah sistem konsep-konsep tentang peristiwa-peristiwa pendidikan.
c.
Asumsi
Pokok
1.
Pendidikan adalah aktual, artinya
pendidikan bermula dari kondisi-kondisi aktual dari individu yang belajar dan
lingkungan belajarnya.
2.
Pendidikan adalah normatif, artinya
pendidikan tertuju pada mencapai hal-hal yang baik atau norma-norma yang baik.
3.
Pendidikan adalah suatu proses
pencapaian tujuan, artinya pendidikan berupa serangkaian kegiatan yang bermula
dari kondisi-kondisi aktual dari individu yang belajar, tertuju pada pencapaian
individu yang diharapkan.
d.
Deskripsi Konsep-konsep Penjabaran Asumsi Pokok: Pendidikan Adalah Aktual:
1.
Entering
Behavidor
a. Kesiapan belajar adalah kematangan individu,
jasmani, dan mental untuk mengalami perkembangan, untuk menerima
perlakuan-perlakuan yang dapat menyebabkan terjadinya perkembangan atau
perubahan tingkah laku.
b. Kemampuan-kemampuan
belajar adalah kondisi kemampuan bawaan dan hasil belajar yang dapat
dipergunakan untuk belajar. Kemampuan bawaan adalah bakat yang diperoleh oleh
proses genetik, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh melalui
pengaruh-pengaruh lingkungan. Bakat terdiri atas bakat umum atau intelegensi atau bakat khusus.
Intelegensi adalah kemampuan yang dimiliki setiap individu yang terdiri atas:
(1) intelegensi kognitif, dan (2) intelegensi emosional.
Kemampuan kognitif adalah kemampuan
mengenal dunia sekelilingnya, yang mencakup kemampuan-kemampuan: mengenal
kembali, memahami, mengaplikasi, menganalisis, memadukan, dan mengevaluasi.
Kemampuan
afektif adalah kemampuan mengalami dan menghayati nilai-nilai sesuatu hal, yang
mencakup kemampuan kemampuan: memberikan perhatian, berpartisipasi, menghayati
nilai-nilai, dan membangun gaya hidup berdasarkan karakterisasi nilai-nilai.
Kemampuan
psikomotor adalah kemampuan motorik yang menggiatkan dan mengkoordinasikan
gerakan, yang mencakup kemampuan-kemampuan: mempersepsi keadaan untuk siap
menggunakan alat-alat pendirian, siaga melakukan suatu jenis tindakan tertentu,
melakukan tindakan yang terarah, melakukan tindakan-tindakan kinerja yang
disertai kepercayaan diri dan terampil dan menyatakan kinerja yang canggih.
c. Gaya belajar adalah cara-cara yang
bersifat pribadi dari seseorang dalam belajar.
2. Kondisi Aktual
Lingkungan Belajar
Lingkungan belajar adalah situasi yang
turut serta mempengaruhi kegiatan belajar seseorang individu. Lingkungan
belajar atas :
a. Pendidik,
sebagai salah satu unsur lingkungan belajar, adalah orang yang turut serta
membantu terselenggaranya kegiatan belajar seseorang individu. Pola kepribadian
dan kemampuan teknis/profesional kependidikan merupakan dua factor penting yang
mempengaruhi efektivitas pekerjaan pendidik.
b. Alat-alat
bantu pendidikan yang tersedia secara tepat, baik dalam jumlah maupun dalam
mutu, sangat membantu kelancaran dan keberhasilan proses pendidikan.
c. Suasana
sosio-budaya yang berlangsung dalam proses pendidikan membangun suasana emosi,
motivasi, dan saling percaya mempercayai antara pendidik dengan si terdidik
yang bersifat menghambat atau menunjang kelancaran dan keberhasilan proses
pendidikan.
e.
Deskripsi Konsep-konsep Penjabaran Asumsi Pokok: Pendidikan adalah Normatif
1.
Tujuan
Umum Pendidikan
Tujuan umum pendidikan berkenaan dengan
keseluruhan peristiwa-peristiwa pendidikan dan cita-cita ideal tentang manusia
atau masyarakat. Tujuan umum pendidikan merupakan tujuan dari keseluruhan jenis
kegiatan dan waktu berlangsungnya peristiwa-peristiwa pendidikan.
Ada tujuan umum pendidikan yang
berorientasi pada pencapaian manusia ideal, dari menyatakan bahwa tujuan umum
pendidikan adalah kedewasaan (Langeveld), manusia yang berkarakter dan bermoral
sosial (Herbart), manusia seutuhnya (Indonesia), dan sebagainya. Di samping itu
ada pula yang berorientasi pada pencapaian masyarakat ideal, dan antara lain
menyatakanbahwa tujuan umum pendidikan adalah efiesiensi social (Dewey), warga
negara yang baik dalam arti warga negara yang berkarakter (kerschenteiner), dan
sebaginya.
2.
Tujuan
Khusus Pendidikan
Tujuan pendidikan bergerak dari tujuan
pendidikan dari setiap peristiwa pendidikan (tujuan insidental pendidikan)
sampai dengan tujuan keseluruhan peristiwa-peristiwa pendidikan (tujuan umum
pendidikan). Di antara keduanya terdapat tujuan sementara pendidikan, tujuan
tak lengkap pendidikan, tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan
instruksional pendidikan.
f.
Deskripsi Konsep-konsep Penjabaran Asumsi Pokok: Pendidikan Adalah Suatu
Proses:
1.
Gaya
Nomotetis
Gaya ini adalah pandangan sosiologis
yang menekankan pada pentingnya institusi, peranan-peranan sosial, dan harapan
sosial dalam kehidupan manusia.
2.
Gaya
Ideografis
Gaya ini adalah pandangan psikologis
pada pentingnnya kehidupan manusia individu dengan kepribadian dan
kebutuhan-kebutuhan untuk mewujudkan potensi-potensi yang dimilikinya.
3.
Gaya
Transaksional
Gaya ini adalah pandangan
interdispliner ilmu-ilmu tingkah laku yang menekankan pada pentingnya
keserasian hubungan sosial atau interaksi sosial antar pribadi dalam kehidupan
manusia.
2.3.2 Klasifikasi Teori
Pendidikan
1.
Teori
Umum Pendidikan
a. Teori
Umum Pendidikan Preskriptif
Teori ini adalah seperangkat
konsep-konsep tentang keseluruhan aspek-aspek pendidikan, yang penyajian
konsep-konsepnya bertujuan menerangkan
bagaimana sebaiknya atau seharusnya peristiwa-peristiwa pendidikan diselenggarakan.
Teori pendidikan yang termasuk dalam kelompok ini adalah filsafat pendidikan.
b. Teori
Umum Pendidikan Deskriptif
Teori adalah seperangkat konsep-konsep
tentang keseluruhan aspek-aspek pendidikan, yang penyajian konsep-konsepnya
bertujuan menerangkan bagaimana peristiwa-peristiwa pendidikan telah dan sedang
terjadi dalam masyarakat. Teori pendidikan yang termasuk dalam kelompok ini,
yaitu:
1. Pendidikan
Luar Negeri atau Pendidikan Internasional,
2. Pendidikan
Perbandingan atau Pendidikan Komparatif,
3. Pendidikan
Historis atau Sejarah Pendidikan.
2.
Teori
Khusus Pendidikan
a. Teori
Khusus Pendidikan Preskriptif
Teori ini adalah seperangkat
konsep-konsep tentang sesuatu aspek pendidikan, yang penyajian konsep-konsepnya
bertujuan menjelaskan bagaimana seharusnya sesuatu kegiatan pendidikan
dilakukan. Teori pendidikan yang termasuk dalam kelompok ini adalah Teknologi
Pendidikan.
b. Teori
Khusus Pendidikan Deskriptif
Teori ini adalah seperangkat
konsep-konsep tentang sesuatu aspek pendidikan, yang penyajian konsep-konsepnya
bertujuan menerangkan bagaimana peristiwa-peristiwa pendidikan telah, sedang,
dan diperkirakan terjadi dalam masyarakat. Teori pendidikan yang termasuk dalam
kelompok ini adalah ilmu-ilmu pendidikan.[6]
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Menurut pengertian secara
psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Pengertian pendidikan dalam arti luas yaitu, pendidikan adalah hidup.
Pengertian pendidikan dalam arti sempit, yaitu pendidikan adalah sekolah. Teori
belajar terdiri dari, yaitu teori Gestalt, J.Brunner, Pieget, R.Gagne,
purposeful learning, belajar dengan jalan mengamati dan meniru. Teori
pendidikan terdiri dari, yaitu sosok teori umum pendidikan, dan klasifikasi
pendidikan.
3.2 Saran
Mempelajari teori belajar dan
teori pendidikan membuat kita lebih mengetahui cara yang diterapkan dalam
belajar, dan pendidikan. Jadi, disarankan untuk mengetahui teori belajar dan
teori pendidikan agar membuat kita lebih memahami.
DAFTAR PUSTAKA
Mudyahardjo,
Redja. 2006. Pengantar Pendidikan. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Slam, Burhanuddin. 2011. Pengantar Pedagogik (Dasar-Dasar Ilmu Mendidik). Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar