Proses Terjadinya Bunyi Bahasa
Disusun Oleh :
1.
Dira Melisa (1713041001)
2.
Lulud Agista (1713041055)
3.
Moulia Mahyu (1713041005)
Jurusan
: Pendidikan Bahasa dan Seni
Prodi
: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas
: A
Dosen
Pembimbing :Khaerotun Nisa Liswati, M.Hum
Bandar
Lampung, 20 September 2017
Universitas
Lampung
Jalan
Prof. Dr. Ir. Soemantri Brojonegoro No.1, Gedong Meneng
Rajabasa,
Bandar Lampung
Tahun
Pelajaran 2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bunyi apa saja, termasuk
bunyi bahasa ,pada dasarnya adalah getaran atas bebda apa saja karena adanya
energi yang bekerja . Getaran ini di sadari sebagai bunyi apalagi getaran itu
cukup kuat dan di hantarkan ke alat dengar oleh udara sekitar.[1]
Getaran udara yang
masuk ke telinga dapat berupa bunyi atau
suara. Getaran udara yang dinamakan bunyi itu dapat terjadi karena dua benda
atau lebih bergeseran atau berbenturan.Biola yang sedang dimainkan, dua telapak
tangan yang ditepukkan, atau piring yang jatuh ke lantai menimbulkan bunyi yang
dapat ditangkap oleh telinga manusia.
Bunyi sebagai getaran udara dapat pula merupakan hasil yang
dibuat oleh alat ucap manusia seperti pita suara, lidah, dan bibir.Bunyi bahasa
dibuat oleh manusia untuk mengungkapkan sesuatu.Bunyi bahasa dapat terwujud
dalam nyanyian atau dalam tuturan.[2]
Proses terbentuknya bunyi bahasa
juga demikian.Sumber energyutamanya
adalah arus udara yang mengalir dari atau ke paru-paru.Getaran-getaran itu
timbul pada pita suara sebagai akibat tekanan arus udara,yang di barengi dengan
gerakan alat-alat ucapsedekimian rupa sehingga menimbulkan perbedaan atau perubahan
rongga udara yang terdapat dalam mulut dan atau hidung.Dari sini jelaslah bahwa
sarana utama yang berperan dalam proses pementukan bunyi bahasa adalah (1)arus
udara (2)pita suara (3)alat ucap.[3]
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian
bunyi, huruf, dan fonem?
2. Bagaimana empat
proses terjadinya bunyi?
3. Premis bunyi bahasa?
1.3
Tujuan Masalah
Dengan rumusan masalah di atas dapat diketahui tujuan dari
makalah iniyaitu sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui
pengertian bunyi, huruf, dan fonem.
2. Untuk mengetahui
empat proses terjadinya bunyi.
3. Untuk mengetahui
premis bunyi bahasa.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Bunyi, Huruf, dan Fonem
2.1.1
Pengertian Bunyi
Pengertian bunyi dalam KBBI (Kamus Besar
Bahasa Indonesia) adalah sesuatu yang terdengar (didengar) atau ditangkap oleh
telinga.[4]
Kata bunyi, yang sering sukar dibedakan
dengan kata suara, sudah biasa kita dengar dalam kehidupan sehari-hari.Secara
teknis, menurut Kridalaksana (1983:27) bunyi adalah kesan pada pusat syaraf
sebagai akibat dari getaran gendang telinga yang bereaksi karena
perubahan-perubahan dalam tekanan udara. Bunyi ini bisa bersumber pada gesekan
atau benturan benda-benda, alat suara pada binatang, dan manusia.Lalu, yang
dimaksud dengan bunyi pada bahasa atau yang termasuk lambang bahasa adalah
bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Jadi, bunyi yang bukan
dihasilkan oleh alat ucap manusia tidak termasuk bunyi bahasa.
Namun juga tidak semua bunyi yang dihasilkan
oleh alat ucap manusia termasuk bunyi bahasa. Bunyi teriak, bersin,
batuk-batuk, dan bunyi orokan bukan termasuk bunyi bahasa, meskipun dihasilkan
oleh alat ucap manusia, karena semua itu tidak termasuk dalam bunyi bahasa. Orokan terjadinya tidak
disadari dan tidak dapat menyampaikan pesan apapaun. Teriakan, bersin, dan
batuk-batuk terjadinya bisa disadari, dan kadang-kadang dipakai juga untuk
menyampaikan pesan, sama halnya dengan bahasa, tetapi juga bukan bunyi bahasa
karena tidak dapat dikombinasikan dengan bunyi-bunyi lain untuk menyampaikan
pesan.
Lalu apa yang dimaksud dengan bunyi bahasa?
Bunyi bahasa atau bunyi ujaran (speech sound) adalah satuan bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia yang di dalam fonetik diamati sebagai “fon”
dan di dalam fonemik sebagai “fonem” .[5]
2.1.2.
Pengertian Huruf
Pengertian huruf dalam KBBI (Kamus Besar
Bahasa Indonesia) adalah aksara dalam tata tulis yang merupakan anggota abjad
yang melambangkan bunyi bahasa[6].
Pengertian huruf dalam Kamus Linguistik
adalah [1] tanda yang dipakai dalam aksara untuk menggambarkan bunyi manusia,
kesepadaan antara huruf dan bunyi sering arbitrer; [2] sistem huruf; aksara.
Huruf Arab, huruf Cina, dan sebagainya.[7]
2.1.3
Pengertian Fonem
Fonem
adalah objek kajian fonemik.
Fonem
adalah satu kesatuan bunyi terkecil yang dapat membedakan makna kata. Kalau kita ingin
mengetahui sebuah bunyi adalah fonem atau bukan, kita harus mencari yang
disebut pasangan minimal atau minimal pair, yaitu dua buah bentuk yang bunyinya
mirip dan hanya sedikit berbeda. Umpamanya kita ingin mengetahui bunyi [p]
fonem atau bukan, maka kita cari, misalnya, pasangan kata paku dan baku. Kedua
kata ini mirip sekali.Masing-masing terdiri dari empat buah bunyi. Kata paku
terdiri dari bunyi [p], [a], [k], [u]; sedangkan kata baku terdiri dari bunyi
[b], [a], [k], [u]. jadi, pasangan paku dan baku terdapat tiga buat bunyi yang
sama, yaitu bunyi kedua, ketiga, dan keempat. Yang berbeda hanya bunyi pertama,
yaitu bunyi [p] pada kata paku, dan bunyi [b] pada kata baku.
Dengan demikian kita sudah dapat membuktika
bahwa bunyi [p]
dalam Bahasa Indonesia adalah sebuah fonem. Karena kalau posisiya diganti oleh
bunyi [b], maka maknanya akan berbeda. Sebagai sebuah fonem, bunyi [p] itu
ditulis di antara dua garis miring menjadi /p/.
Bunyi [b] pada pasangan
kata paku dan baku itu juga sebuah fonem. Karena kalau posisinya diganti oleh
bunyi [p] atau bunyi [l] menjadi laku, maknanya juga akan berbeda.[8]
Pengertian
fonem dalam Kamus Linguistik adalah satuan bunyi terkecil yang mampu
menunjukkan kontras makna; misalnya dalam Bahasa Indonesia /h/ adalah fonem,
karena membedakan makna kata harus dan arus; /b/ dan /p/ adalah dua fonem yang
berbeda karena bapa dan papa berbeda maknanya. Fonem merupakan abstraksi,
sedangkan wujud fonetisnya tergantung beberapa faktor, terutama posisinya dalam
hubungan dengan bunyi lain.[9]
2.2
Proses Terjadinya Bunyi
2.2.1.
Proses Terjadinya Bunyi Menurut Marsono
Syarat proses terjadinya bunyi bahasa secara
garis besar dapat dibagi menjadi empat, yaitu:
1.
Proses Mengalirnya Udara
Ada udara yang mengalir masuk dan keluar dari
paru-paru.Udara yang keluar dari paru-paru sebagian dimanfaatkan dalam
menghasilkan bunyi bahasa, proses fonasi, proses artikulasi, dan proses
oro-nasal (Ladefoged, 1973: 2─3).
2.
Proses Fonasi
Bergetarnya pita suara karena kedua pita suara merapat
sehingga glotis dalam keadaan tertutup, dan tertutup rapat. Proses menghasilkan
bunyi bahasa bersuara..
3.
Proses Artikulasi
Proses terbentuknya
bunyi oleh artikulator.
4.
Proses Oro – Nasal,
Proses keluarnya bunyi
melalui mulut atau hidung.
Sumber
energi utama dalam hal terjadinya bunyi bahasa ialah adanya udara dari
paru-paru dan diembuskan keluar bersama-sama waktu sedang bernapas. Udara yang
diembuskan (atau diisap untuk sebagian kecil bunyi bahasa) itu kemudian
mendapatkan hambatan di berbagai tempat alat bicara dengan berbagai cara,
sehingga terjadilah bunyi-bunyi bahasa. Tempat atau alat bicara yang dilewati
di antaranya: batang tenggorok, pangkal tenggorok, kerongkongan, rongga mulut;
rongga hidung; atau baik rongga hidung bersama dengan alat yang lain. Pada
waktu udara mengalir keluar pita suara dalam keadaan terbuka. Jika udara tidak
mengalami hambatan pada alat bicara maka bunyi bahasa tidak akan terjadi,
seperti dalam bernapas (cf. Pike, 1947:3─4; Lapoliwa, 1981:5).[10]
2.2.2. Proses Terjadinya
Bunyi Menurut Masnur Muslich
Proses terjadinya bunyi Menurut Masnur
Muslich sumber energi utamanya adalah arus udara yang mengalir dari atau ke
paru-paru. Getaran-getaran itu timbul pada pita suara sebagai akibat tekanan
arus udara, yang dibarengi dengan gerakan alat-alat ucap sedemikian rupa
sehingga menimbulkan perbedaan atau perubahan rongga udara yang terdapat dalam
mulut dan atau hidung. Dari sinilah jelaslah bahwa sarana utama yang berperan
dalam proses pembentukan bunyi bahasa adalah (1) arus udara, (2) pita suara,
dan (3) alat ucap. Ketiga sarana ini juga yang oleh fonetisi dipakai sebagai
dasar pengklasifikasian bunyi.[11]
2.2.3
Proses Terjadinya Bunyi Bahasa Menurut Abdul Chaer
Proses
memproduksi bunyi bahasa dapat dibagi atas tiga komponen, yaitu:
1. Komponen
Sublotal
Komponen sublotal terdiri dari paru-paru
(kiri dan kanan), saluran bronchial, dan saluran pernapasan (trakea). Di
samping ketiga alat ucap ini masih ada yang lain, yaitu otot-otot paru-paru,
dan rongga dada. Secara fisiologis komponen ini digunakan untuk proses
pernapasan. Karena itu, komponen ini disebut juga sistem pernapasan. Lalu dalam hubungannya
dengan fonetik disebut sistem pernapasan subglotis. Fungsi utama komponen
subglotal ini adalah ‘memberi arus udara yang merupakan syarat mutlak untuk
terjadinya bunyi bahasa.
2. Komponen
Laring (Tenggorok)
Komponen laring (tenggorok) merupakan kotak yang terbentuk dari tulang rawan yang
berbentuk lingkaran. Di dalamnya terdapat pita suara. Laring berfungsi sebagai
klep yang mengatur arus udara antara paru-paru, mulut, dan hidung. Pita suara dengan
kelenturannya bisa membuka dan menutup, sehingga bisa memisahkan dan sekaligus
bisa menghubungkan antara udara yang ada di paru-paru dan yang ada di mulut
atau rongga hidung.Bila klep dibuka lebar-lebar udara yang ada pada paru-paru
bisa berhubungan dengan yang ada di rongga mulut atau rongga hidung.Bila klep
ditutup rapat, maka udara yang ada di paru-paru terpisah dengan yang ada di
rongga mulut.
Dalam rangka proses produksi bunyi, pada
laring inilah terjadinya awal mula bunyi bahasa itu; baik dengan aliran udara
egresif maupun aliran udara ingresif. Posisi glottis (celah di antara pita
suara) menentukan bunyi yang diproduksi apakah bunyi bersuara, bunyi tak
bersuara, atau bunyi glotal.
3. Komponen
Supraglotal
Komponen supraglotal adalah alat-alat ucap
yang berada di rongga mulut dan rongga hidung baik yang menjadi articulator
aktif maupun menjadi articulator pasif.
Terjadinya bunyi bahasa dalam proses produksi
bunyi bahasa pada umumnya dimulai dari proses pemompaan udara ke luar dari
paru-paru melalui pangkal tenggorokan (laring) ke tenggorokan yang di dalamnya
terdapat pita suara. Supaya udara itu bisa ke luar, pita suara itu harus berada
dalam keadaan terbuka. Setelah
melalui pita suara, yang merupakan jalan satu-satunya untuk bisa ke luar, entah
melalui rongga mulut atau rongga hidung, arus udara tadi diteruskan ke luar
udara bebas.
Kalau arus udara yang ke luar paru-paru itu
ke luar tanpa mendapat hambatan apa-apa di dalam rongga mulut, maka kita tidak
akan mendengar bunyi apa-apa, selain bunyi nafas. Beda dengan kalau arus udara
itu mendapat hambatan pada salah satu tempat alat ucap, akan kita dengar bunyi
bahasa.
Hambatan terhadap arus udara yang keluar dari
paru-paru itu terjadi mulai dari tempat yang paling dalam, yaitu pada glottis
(celah pita suara) sampai pada tempat yang paling luar, yaitu bibir atas dan
bibir bawah. Bila bibir bawah dan bibir atas tertutup lalu arus udara yang
terhambat, tiba-tiba dilepaskan kita akan mendengar bunyi letup [b] dan [p].
Bunyi-bunyi bahasa dapat dihasilkan kalau
posisi glottis terbuka agak lebar, terbuka sedikit, dan tertutup rapat.Bunyi
bahasa tidak akan terjadi bila posisi glottis terbuka lebar. Karena arus udara
itu langsung ke luar melalui rongga mulut.
Untuk kajian fonetik digunakan istilah bunyi vokal
dan bunyi konsonan dan untuk tingkat fonemik digunakan stilah fonem vokal dan
fonem konsonan.
Tempat terjadinya bunyi konsonan ini,yakni
tempat terjadinya bunyi hambatan atau gangguan terhadap bunyi ujar, disebut
tempat artikulasi atau titik artikulasi. Sedangkan proses atau cara terjadinya
bunyi itu disebut cara artikulasi. Alat-alat ucap yang digunakan disebut alat
artikulasi atau lebih lazim disebut artikulator.[12]
2.2.4
Proses Terjadinya Bunyi Bahasa Menurut Kelompok 4
1.
Proses Pemompaann Udara
Terjadinya bunyi bahasa dimulai dengan proses pemompaan udara keluar
dari paru-paru melalui batang tenggorok ke pangkal tenggorok yang di dalamnya
terdapat pita suara.
2.
Proses Fonasi
Jika
udara yang keluar dari paru mengalami hambatan,
udara akan melewati pita suara, menyebabkan pita suara bergetar dan
menghasilkan bunyi.
3.
Proses Artikulasi
Sesudah melewati pita suara, tempat awal terjadinya bunyi bahasa, arus
udara diteruskan ke alat-alat ucap tertentu yang terdapat di rongga mulut atau
rongga hidung tempat bunyi bahasa tertentu akan dihasilkan. Tempat bunyi
bahasa dihasilkan disebut tempat artikulasi; proses terjadinya disebut proses
artikulasi; dan alat yang digunakan disebut alat artikulasi atau artikulator.
4.
Proses or-nasal
Bunyi
keluar melalui rongga mulut (oro; oral) atau rongga hidung (nasal).
2.3 Nasalisasi
Menurut
KBBI, Nasalisasi adalah pelepasan udara melalui hidung pada waktu menghasilkan
bunyi bahasa; penasalan[13]
Menurut kami, nasalisasi yaitu proses penyesuaian fonem
(bunyi) dengan fonem-fonem yang homorgan atau sebunyi.
Bentuk-bentuk
nasalisasi adalah sebagai berikut :
pertama, nasalisasi huruf konsanan/vokal yang bersuara
(tidak luluh). Contoh: andai - mengandaikan, bantah- membantah, cinta-
mencintai, duga -menduga,ejek - mengejek, fasilitas - memfasilitasi, gambar -
menggambar, hukum - menghukum, iris - mengiris, jauh - menjauhi, makan -
memakan, nikah - menikah, ompol - mengompol, qasar - mengqasar, usul -
mengusulkan, vonis - memvonis, ziarah - menziarahi;
kedua, nasalisasi konsonan yang
tidak bersuara (luluh). Contoh: konsumsi - meng...onsumsi (konsonan /k/ luluh),
taat - men...aati (konsonan /t/ luluh), sapu - meny...apu (konsonan /s/ luluh),
populer - mem...opulerkan (konsonan /p/ luluh). Nasalisasi memopuplerkan
mungkin agak tabu bagi para pengguna bahasa karena biasanya menggunakan kata
mempopulerkan.
2.4 Premis Bunyi Bahasa
Seperti juga cabang-cabang ilmu
pengetahuan yang lain, ilmu fonem didasarkan pula pada pokok-pokok pikiran yang
umum, yang bisa disebut premis-premis. Premis-premis ini tiada lain ialah
pernyataan-pernyataan secara umum tentang sifat-sifat bunyi bahasa. [14]
Premis berkaitan dengan pernyataan umum
mengenai sifat-sifat bunyi
bahasa. Besarnya pengaruh bunyi
yang
satu kepada yang lain dalam lingkungannya merupakan ciri atau sifat bunyi-bunyi bahasa
seluruh dunia sehingga dapat
dikatakan bahwa:
1.
Bunyi bahasa mempunyai kecenderungan
untuk
dipengaruhi oleh lingkungannya. Premis
ini dicerminkan, seperti dalam
beberapa
struktur fonemis dalam bahasa Indonesia, seperti kelompok-ke-lompok /mp/, /nt/,
/ñc/, /ŋk/, /mb/, /nd/, /ñj/,/ŋg/, tetapi hampir-hampir tidak ada kelompok
/mg/, /mk/, /np/, /nb/ ŋt/,/ŋd/, kecuali dalam kata rangda, tanpa, dan
sebagainya.
2. Bunyi mempunyai kecenderungan bersifat simetris. Dalam
bahasa
Indonesia, terdapat
sepasang hambat
/p, t, c, k; b, d, j, g/ dan nasal
/m, n, ñ-, ŋ/. Sistem
ini menunjukkan simetri bunyi
itu, sedangkan dalam bahasa
Inggris, umpamanya, karena
hanya
terdapat sepasang hambat /p, t,c,k; b, d, g/. Nasal yang ada ialah /m, n, ŋ/,
sedangkan /ñ/ tidak terdapat.Terdapat juga sistem-sistem fonem bahasa yang
tidak seluruhnya simetris. Hal ini disebabkan oleh perkembangan kata khususnya
fonemik, yang kemudian
akan menuju simetri. Kedua
premis tersebut dipakai dalam
menentukan
fonem-fonem dan sistem fonem
suatu bahasa sebagai pokok-pokok
pikiran
yang membantu penyelidik
bahasa
dalam pekerjaannya untuk
menentukan
fonem-fonem dan sistem
fonem bahasa.[15]
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari pembahasan pada bab sebelumnya, dapat kami simpulkan
bahwabunyi bahasa atau bunyi ujaran (speech sound) adalah satuan bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia yang di dalam fonetik diamati sebagai “fon”
dan di dalam fonemik sebagai “fonem”.
Selain itu, kita dapat menyimpulkan bahwa pengertian huruf
dalam Kamus Linguistik adalah [1] tanda yang dipakai dalam aksara untuk
menggambarkan bunyi manusia, kesepadaan antara huruf dan bunyi sering arbitrer;
[2] sistem huruf; aksara. Huruf Arab, huruf Cina, dan sebagainya, dan fonem
adalah objek kajian fonemik. Fonem adalah satu kesatuan bunyi terkecil yang
dapat membedakan makna kata.
Dalam proses terjadinya, terdapatempat proses terjadinya
bunyi, yaitu: Proses MengalirnyaUdara, Proses Fonasi, Proses Artikulasi, dan
Proses Oro – Nasal.
3.2 Saran
Saat ini, penggunaan istilah suara dan bunyi banyak digunakan
oleh orang untuk menyimbolkan suara yang keluar dari berbagai sumber.Namun,
bunyi dan suara memiliki perbedaan jika dikaitkan dengan ilmu bahasa.Hal itu
adalah tujuan mengapa makalah ini dibuat, walaupun masih jauh dari kata
sempurna.Semoga makalah ini dapat berguna untuk kita semua.
Daftar
Pustaka
Chaer,
Abdul. 2013. Fonologi Bahasa Indonesia.
Jakarta: Rineka Cipta.
Muslich,
Masnur. 2015. Fonologi Bahasa Indonesia.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Chaer,
Abdul. 2008. Linguistik Umum.
Jakarta: Rineka Cipta.
Asisda
Wahyu Asri Putradi, 2016, Pola-pola
perubahan fonem vokal dan konsonan dalam penyerapan kata-kata bahasa asing Ke
dalam Bahasa Indonesia: kajian fonologi. Vol. 3, No. 2 Oktober 2016.
Marsono.
1999. Fonetik. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Kamus
Besar Bahasa Indonesia.
Harimurti
Kridalaksana. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
[1]Fonologi Bahasa Indonesia. Masnur Muslich. Hal 30-31.
[2]Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Hasan Alwi, Dkk. Hal 47
[3]Fonologi Bahasa Indonesia. Masnur Muslich. Hal 30-31.
[4] Kamus Besar Bahasa Indonesia
[5] Abdul Chaer. Linguistik Umum. Hal 42
[6] Kamus Besar Bahasa Indonesia
[7]Harimusrti Kridaklasana. Kamus Linguistik
[8] Abdul Chaer. Fonologi Bahasa Indonesia.
[9] Harimusrti Kridaklasana. Kamus Linguistik
[10]Marsono.Fonetik.
[11] Masnur Muslich, Fonologi Bahasa Indonesia.
[12] Abdul Chaer. Fonologi Bahasa Indonesia.
[13]KBBI
[14]Samsuri. Analisis Bahasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar