Rabu, 14 Februari 2018

Proses Terjadinya Bunyi Bahasa




Proses Terjadinya Bunyi Bahasa


Disusun Oleh :
1. Dira Melisa (1713041001)
2. Lulud Agista (1713041055)
3. Moulia Mahyu (1713041005)
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni
Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas : A
Dosen Pembimbing :Khaerotun Nisa Liswati, M.Hum

Logo-2016-Unila.png

Bandar Lampung, 20 September 2017
Universitas Lampung
Jalan Prof. Dr. Ir. Soemantri Brojonegoro No.1, Gedong Meneng
Rajabasa, Bandar Lampung
Tahun Pelajaran 2017/2018


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
     Bunyi apa saja, termasuk bunyi bahasa ,pada dasarnya adalah getaran atas bebda apa saja karena adanya energi yang bekerja . Getaran ini di sadari sebagai bunyi apalagi getaran itu cukup kuat dan di hantarkan ke alat dengar oleh udara sekitar.[1]
          Getaran udara yang masuk ke telinga dapat berupa bunyi  atau suara. Getaran udara yang dinamakan bunyi itu dapat terjadi karena dua benda atau lebih bergeseran atau berbenturan.Biola yang sedang dimainkan, dua telapak tangan yang ditepukkan, atau piring yang jatuh ke lantai menimbulkan bunyi yang dapat ditangkap oleh telinga manusia.
     Bunyi sebagai getaran udara dapat pula merupakan hasil yang dibuat oleh alat ucap manusia seperti pita suara, lidah, dan bibir.Bunyi bahasa dibuat oleh manusia untuk mengungkapkan sesuatu.Bunyi bahasa dapat terwujud dalam nyanyian atau dalam tuturan.[2]
     Proses terbentuknya bunyi bahasa  juga demikian.Sumber  energyutamanya adalah arus udara yang mengalir dari atau ke paru-paru.Getaran-getaran itu timbul pada pita suara sebagai akibat tekanan arus udara,yang di barengi dengan gerakan alat-alat ucapsedekimian rupa sehingga menimbulkan perbedaan atau perubahan rongga udara yang terdapat dalam mulut dan atau hidung.Dari sini jelaslah bahwa sarana utama yang berperan dalam proses pementukan bunyi bahasa adalah (1)arus udara (2)pita suara (3)alat ucap.[3]



1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian bunyi, huruf, dan fonem?
2. Bagaimana empat proses terjadinya bunyi?
3. Premis bunyi bahasa?

1.3 Tujuan Masalah
     Dengan rumusan masalah di atas dapat diketahui tujuan dari makalah iniyaitu sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian bunyi, huruf, dan fonem.
2. Untuk mengetahui empat proses terjadinya bunyi.
3. Untuk mengetahui premis bunyi bahasa.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bunyi, Huruf, dan Fonem
2.1.1 Pengertian Bunyi
                        Pengertian bunyi dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah sesuatu yang terdengar (didengar) atau ditangkap oleh telinga.[4]
                        Kata bunyi, yang sering sukar dibedakan dengan kata suara, sudah biasa kita dengar dalam kehidupan sehari-hari.Secara teknis, menurut Kridalaksana (1983:27) bunyi adalah kesan pada pusat syaraf sebagai akibat dari getaran gendang telinga yang bereaksi karena perubahan-perubahan dalam tekanan udara. Bunyi ini bisa bersumber pada gesekan atau benturan benda-benda, alat suara pada binatang, dan manusia.Lalu, yang dimaksud dengan bunyi pada bahasa atau yang termasuk lambang bahasa adalah bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Jadi, bunyi yang bukan dihasilkan oleh alat ucap manusia tidak termasuk bunyi bahasa.
                        Namun juga tidak semua bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia termasuk bunyi bahasa. Bunyi teriak, bersin, batuk-batuk, dan bunyi orokan bukan termasuk bunyi bahasa, meskipun dihasilkan oleh alat ucap manusia, karena semua itu tidak termasuk dalam bunyi bahasa. Orokan terjadinya tidak disadari dan tidak dapat menyampaikan pesan apapaun. Teriakan, bersin, dan batuk-batuk terjadinya bisa disadari, dan kadang-kadang dipakai juga untuk menyampaikan pesan, sama halnya dengan bahasa, tetapi juga bukan bunyi bahasa karena tidak dapat dikombinasikan dengan bunyi-bunyi lain untuk menyampaikan pesan.
                        Lalu apa yang dimaksud dengan bunyi bahasa? Bunyi bahasa atau bunyi ujaran (speech sound) adalah satuan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang di dalam fonetik diamati sebagai “fon” dan di dalam fonemik sebagai “fonem” .[5]

2.1.2. Pengertian Huruf
                        Pengertian huruf dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah aksara dalam tata tulis yang merupakan anggota abjad yang melambangkan bunyi bahasa[6].
                        Pengertian huruf dalam Kamus Linguistik adalah [1] tanda yang dipakai dalam aksara untuk menggambarkan bunyi manusia, kesepadaan antara huruf dan bunyi sering arbitrer; [2] sistem huruf; aksara. Huruf Arab, huruf Cina, dan sebagainya.[7]

2.1.3 Pengertian Fonem
                        Fonem adalah objek kajian fonemik. Fonem adalah satu kesatuan bunyi terkecil yang dapat membedakan makna kata. Kalau kita ingin mengetahui sebuah bunyi adalah fonem atau bukan, kita harus mencari yang disebut pasangan minimal atau minimal pair, yaitu dua buah bentuk yang bunyinya mirip dan hanya sedikit berbeda. Umpamanya kita ingin mengetahui bunyi [p] fonem atau bukan, maka kita cari, misalnya, pasangan kata paku dan baku. Kedua kata ini mirip sekali.Masing-masing terdiri dari empat buah bunyi. Kata paku terdiri dari bunyi [p], [a], [k], [u]; sedangkan kata baku terdiri dari bunyi [b], [a], [k], [u]. jadi, pasangan paku dan baku terdapat tiga buat bunyi yang sama, yaitu bunyi kedua, ketiga, dan keempat. Yang berbeda hanya bunyi pertama, yaitu bunyi [p] pada kata paku, dan bunyi [b] pada kata baku.
                        Dengan demikian kita sudah dapat membuktika bahwa bunyi          [p] dalam Bahasa Indonesia adalah sebuah fonem. Karena kalau posisiya diganti oleh bunyi [b], maka maknanya akan berbeda. Sebagai sebuah fonem, bunyi [p] itu ditulis di antara dua garis miring menjadi /p/.
                        Bunyi [b] pada pasangan kata paku dan baku itu juga sebuah fonem. Karena kalau posisinya diganti oleh bunyi [p] atau bunyi [l] menjadi laku, maknanya juga akan berbeda.[8]
          Pengertian fonem dalam Kamus Linguistik adalah satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukkan kontras makna; misalnya dalam Bahasa Indonesia /h/ adalah fonem, karena membedakan makna kata harus dan arus; /b/ dan /p/ adalah dua fonem yang berbeda karena bapa dan papa berbeda maknanya. Fonem merupakan abstraksi, sedangkan wujud fonetisnya tergantung beberapa faktor, terutama posisinya dalam hubungan dengan bunyi lain.[9]

2.2 Proses Terjadinya Bunyi
2.2.1. Proses Terjadinya Bunyi Menurut Marsono
                        Syarat proses terjadinya bunyi bahasa secara garis besar dapat dibagi menjadi empat, yaitu:
1. Proses Mengalirnya Udara
            Ada udara yang mengalir masuk dan keluar dari paru-paru.Udara yang keluar dari paru-paru sebagian dimanfaatkan dalam menghasilkan bunyi bahasa, proses fonasi, proses artikulasi, dan proses oro-nasal (Ladefoged, 1973: 2─3).
2. Proses Fonasi
            Bergetarnya pita suara karena kedua pita suara merapat sehingga glotis dalam keadaan tertutup, dan tertutup rapat. Proses menghasilkan bunyi bahasa bersuara..
3. Proses Artikulasi
Proses terbentuknya bunyi oleh artikulator.
4. Proses Oro – Nasal,
Proses keluarnya bunyi melalui mulut atau hidung.

                        Sumber energi utama dalam hal terjadinya bunyi bahasa ialah adanya udara dari paru-paru dan diembuskan keluar bersama-sama waktu sedang bernapas. Udara yang diembuskan (atau diisap untuk sebagian kecil bunyi bahasa) itu kemudian mendapatkan hambatan di berbagai tempat alat bicara dengan berbagai cara, sehingga terjadilah bunyi-bunyi bahasa. Tempat atau alat bicara yang dilewati di antaranya: batang tenggorok, pangkal tenggorok, kerongkongan, rongga mulut; rongga hidung; atau baik rongga hidung bersama dengan alat yang lain. Pada waktu udara mengalir keluar pita suara dalam keadaan terbuka. Jika udara tidak mengalami hambatan pada alat bicara maka bunyi bahasa tidak akan terjadi, seperti dalam bernapas (cf. Pike, 1947:3─4; Lapoliwa, 1981:5).[10]

     2.2.2. Proses Terjadinya Bunyi Menurut Masnur Muslich
                        Proses terjadinya bunyi Menurut Masnur Muslich sumber energi utamanya adalah arus udara yang mengalir dari atau ke paru-paru. Getaran-getaran itu timbul pada pita suara sebagai akibat tekanan arus udara, yang dibarengi dengan gerakan alat-alat ucap sedemikian rupa sehingga menimbulkan perbedaan atau perubahan rongga udara yang terdapat dalam mulut dan atau hidung. Dari sinilah jelaslah bahwa sarana utama yang berperan dalam proses pembentukan bunyi bahasa adalah (1) arus udara, (2) pita suara, dan (3) alat ucap. Ketiga sarana ini juga yang oleh fonetisi dipakai sebagai dasar pengklasifikasian bunyi.[11]

2.2.3 Proses Terjadinya Bunyi Bahasa Menurut Abdul Chaer
                        Proses memproduksi bunyi bahasa dapat dibagi atas tiga komponen, yaitu:
1.      Komponen Sublotal
                        Komponen sublotal terdiri dari paru-paru (kiri dan kanan), saluran bronchial, dan saluran pernapasan (trakea). Di samping ketiga alat ucap ini masih ada yang lain, yaitu otot-otot paru-paru, dan rongga dada. Secara fisiologis komponen ini digunakan untuk proses pernapasan. Karena itu, komponen ini disebut juga sistem pernapasan. Lalu dalam hubungannya dengan fonetik disebut sistem pernapasan subglotis. Fungsi utama komponen subglotal ini adalah ‘memberi arus udara yang merupakan syarat mutlak untuk terjadinya bunyi bahasa.
2.      Komponen Laring (Tenggorok)
                        Komponen laring (tenggorok) merupakan kotak yang terbentuk dari tulang rawan yang berbentuk lingkaran. Di dalamnya terdapat pita suara. Laring berfungsi sebagai klep yang mengatur arus udara antara paru-paru, mulut, dan hidung. Pita suara dengan kelenturannya bisa membuka dan menutup, sehingga bisa memisahkan dan sekaligus bisa menghubungkan antara udara yang ada di paru-paru dan yang ada di mulut atau rongga hidung.Bila klep dibuka lebar-lebar udara yang ada pada paru-paru bisa berhubungan dengan yang ada di rongga mulut atau rongga hidung.Bila klep ditutup rapat, maka udara yang ada di paru-paru terpisah dengan yang ada di rongga mulut.
                        Dalam rangka proses produksi bunyi, pada laring inilah terjadinya awal mula bunyi bahasa itu; baik dengan aliran udara egresif maupun aliran udara ingresif. Posisi glottis (celah di antara pita suara) menentukan bunyi yang diproduksi apakah bunyi bersuara, bunyi tak bersuara, atau bunyi glotal.
3.      Komponen Supraglotal
                        Komponen supraglotal adalah alat-alat ucap yang berada di rongga mulut dan rongga hidung baik yang menjadi articulator aktif maupun menjadi articulator pasif.
                        Terjadinya bunyi bahasa dalam proses produksi bunyi bahasa pada umumnya dimulai dari proses pemompaan udara ke luar dari paru-paru melalui pangkal tenggorokan (laring) ke tenggorokan yang di dalamnya terdapat pita suara. Supaya udara itu bisa ke luar, pita suara itu harus berada dalam keadaan terbuka. Setelah melalui pita suara, yang merupakan jalan satu-satunya untuk bisa ke luar, entah melalui rongga mulut atau rongga hidung, arus udara tadi diteruskan ke luar udara bebas.
                        Kalau arus udara yang ke luar paru-paru itu ke luar tanpa mendapat hambatan apa-apa di dalam rongga mulut, maka kita tidak akan mendengar bunyi apa-apa, selain bunyi nafas. Beda dengan kalau arus udara itu mendapat hambatan pada salah satu tempat alat ucap, akan kita dengar bunyi bahasa.
                        Hambatan terhadap arus udara yang keluar dari paru-paru itu terjadi mulai dari tempat yang paling dalam, yaitu pada glottis (celah pita suara) sampai pada tempat yang paling luar, yaitu bibir atas dan bibir bawah. Bila bibir bawah dan bibir atas tertutup lalu arus udara yang terhambat, tiba-tiba dilepaskan kita akan mendengar bunyi letup [b] dan [p].
                        Bunyi-bunyi bahasa dapat dihasilkan kalau posisi glottis terbuka agak lebar, terbuka sedikit, dan tertutup rapat.Bunyi bahasa tidak akan terjadi bila posisi glottis terbuka lebar. Karena arus udara itu langsung ke luar melalui rongga mulut.
                        Untuk kajian fonetik digunakan istilah bunyi vokal dan bunyi konsonan dan untuk tingkat fonemik digunakan stilah fonem vokal dan fonem konsonan.
                        Tempat terjadinya bunyi konsonan ini,yakni tempat terjadinya bunyi hambatan atau gangguan terhadap bunyi ujar, disebut tempat artikulasi atau titik artikulasi. Sedangkan proses atau cara terjadinya bunyi itu disebut cara artikulasi. Alat-alat ucap yang digunakan disebut alat artikulasi atau lebih lazim disebut artikulator.[12]
2.2.4 Proses Terjadinya Bunyi Bahasa Menurut Kelompok 4
1.                   Proses Pemompaann Udara
            Terjadinya bunyi bahasa dimulai dengan proses pemompaan udara keluar dari paru-paru melalui batang tenggorok ke pangkal tenggorok yang di dalamnya terdapat pita suara.
2.                   Proses Fonasi
Jika udara yang keluar dari paru mengalami hambatan, udara akan melewati pita suara, menyebabkan pita suara bergetar dan menghasilkan bunyi.
3.                   Proses Artikulasi
Sesudah melewati pita suara, tempat awal terjadinya bunyi bahasa, arus udara diteruskan ke alat-alat ucap tertentu yang terdapat di rongga mulut atau rongga hidung tempat bunyi bahasa tertentu akan dihasilkan. Tempat  bunyi bahasa dihasilkan disebut tempat artikulasi; proses terjadinya disebut proses artikulasi; dan alat yang digunakan disebut alat artikulasi atau artikulator.
4.                   Proses or-nasal
Bunyi keluar melalui rongga mulut (oro; oral) atau rongga hidung (nasal).


2.3 Nasalisasi
                 Menurut KBBI, Nasalisasi adalah pelepasan udara melalui hidung pada waktu menghasilkan bunyi bahasa; penasalan[13]
            Menurut kami, nasalisasi yaitu proses penyesuaian fonem (bunyi) dengan fonem-fonem yang homorgan atau sebunyi.
Bentuk-bentuk nasalisasi adalah sebagai berikut :
pertama, nasalisasi huruf konsanan/vokal yang bersuara (tidak luluh). Contoh: andai - mengandaikan, bantah- membantah, cinta- mencintai, duga -menduga,ejek - mengejek, fasilitas - memfasilitasi, gambar - menggambar, hukum - menghukum, iris - mengiris, jauh - menjauhi, makan - memakan, nikah - menikah, ompol - mengompol, qasar - mengqasar, usul - mengusulkan, vonis - memvonis, ziarah - menziarahi;
kedua, nasalisasi konsonan yang tidak bersuara (luluh). Contoh: konsumsi - meng...onsumsi (konsonan /k/ luluh), taat - men...aati (konsonan /t/ luluh), sapu - meny...apu (konsonan /s/ luluh), populer - mem...opulerkan (konsonan /p/ luluh). Nasalisasi memopuplerkan mungkin agak tabu bagi para pengguna bahasa karena biasanya menggunakan kata mempopulerkan.
2.4 Premis Bunyi Bahasa
          Seperti juga cabang-cabang ilmu pengetahuan yang lain, ilmu fonem didasarkan pula pada pokok-pokok pikiran yang umum, yang bisa disebut premis-premis. Premis-premis ini tiada lain ialah pernyataan-pernyataan secara umum tentang sifat-sifat bunyi bahasa. [14]


          Premis berkaitan dengan pernyataan umum mengenai sifat-sifat bunyi bahasa. Besarnya pengaruh bunyi yang satu kepada yang lain dalam lingkungannya merupakan ciri atau sifat bunyi-bunyi bahasa seluruh dunia sehingga dapat dikatakan bahwa:
1. Bunyi bahasa mempunyai kecenderungan untuk dipengaruhi oleh lingkungannya. Premis ini dicerminkan, seperti dalam beberapa struktur fonemis dalam bahasa Indonesia, seperti kelompok-ke-lompok /mp/, /nt/, /ñc/, /ŋk/, /mb/, /nd/, /ñj/,/ŋg/, tetapi hampir-hampir tidak ada kelompok /mg/, /mk/, /np/, /nb/ ŋt/,/ŋd/, kecuali dalam kata rangda, tanpa, dan sebagainya.
2.  Bunyi mempunyai kecenderungan bersifat simetris. Dalam bahasa
Indonesia, terdapat sepasang hambat /p, t, c, k; b, d, j, g/ dan nasal
/m, n, ñ-, ŋ/. Sistem ini menunjukkan simetri bunyi itu, sedangkan dalam bahasa Inggris, umpamanya, karena hanya terdapat sepasang hambat /p, t,c,k; b, d, g/. Nasal yang ada ialah /m, n, ŋ/, sedangkan /ñ/ tidak terdapat.Terdapat juga sistem-sistem fonem bahasa yang tidak seluruhnya simetris. Hal ini disebabkan oleh perkembangan kata khususnya fonemik, yang kemudian akan menuju simetri. Kedua premis tersebut dipakai dalam menentukan fonem-fonem dan sistem fonem suatu bahasa sebagai pokok-pokok pikiran yang membantu penyelidik bahasa dalam pekerjaannya untuk menentukan fonem-fonem dan sistem fonem bahasa.[15]                     





BAB III
PENUTUP


3.1 Simpulan
       Dari pembahasan pada bab sebelumnya, dapat kami simpulkan bahwabunyi bahasa atau bunyi ujaran (speech sound) adalah satuan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang di dalam fonetik diamati sebagai “fon” dan di dalam fonemik sebagai “fonem”.
       Selain itu, kita dapat menyimpulkan bahwa pengertian huruf dalam Kamus Linguistik adalah [1] tanda yang dipakai dalam aksara untuk menggambarkan bunyi manusia, kesepadaan antara huruf dan bunyi sering arbitrer; [2] sistem huruf; aksara. Huruf Arab, huruf Cina, dan sebagainya, dan fonem adalah objek kajian fonemik. Fonem adalah satu kesatuan bunyi terkecil yang dapat membedakan makna kata.
       Dalam proses terjadinya, terdapatempat proses terjadinya bunyi, yaitu: Proses MengalirnyaUdara, Proses Fonasi, Proses Artikulasi, dan Proses Oro – Nasal.

3.2 Saran
       Saat ini, penggunaan istilah suara dan bunyi banyak digunakan oleh orang untuk menyimbolkan suara yang keluar dari berbagai sumber.Namun, bunyi dan suara memiliki perbedaan jika dikaitkan dengan ilmu bahasa.Hal itu adalah tujuan mengapa makalah ini dibuat, walaupun masih jauh dari kata sempurna.Semoga makalah ini dapat berguna untuk kita semua.


Daftar Pustaka

Chaer, Abdul. 2013. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Muslich, Masnur. 2015. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Chaer, Abdul. 2008. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Asisda Wahyu Asri Putradi, 2016, Pola-pola perubahan fonem vokal dan konsonan dalam penyerapan kata-kata bahasa asing Ke dalam Bahasa Indonesia: kajian fonologi. Vol. 3, No. 2 Oktober 2016.

Marsono. 1999. Fonetik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Harimurti Kridalaksana. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.



[1]Fonologi Bahasa Indonesia. Masnur Muslich. Hal 30-31.
[2]Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Hasan Alwi, Dkk. Hal 47
[3]Fonologi Bahasa Indonesia. Masnur Muslich. Hal 30-31.
[4]  Kamus Besar Bahasa Indonesia
[5] Abdul Chaer. Linguistik Umum. Hal 42
[6] Kamus Besar Bahasa Indonesia
[7]Harimusrti Kridaklasana. Kamus Linguistik
[8] Abdul Chaer. Fonologi Bahasa Indonesia.
[9] Harimusrti Kridaklasana. Kamus Linguistik
[10]Marsono.Fonetik.
[11] Masnur Muslich, Fonologi Bahasa Indonesia.
[12] Abdul Chaer. Fonologi Bahasa Indonesia.
[13]KBBI
[14]Samsuri. Analisis Bahasa.
15Asisda Wahyu Asri Putradi, 2016, Pola-pola perubahan fonem vokal dan konsonan dalam penyerapan kata-kata bahasa asing Ke dalam Bahasa Indonesia: kajian fonologi, Vol. 3, No. 2 Oktober 2016.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar